Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waduk Pluit Dinilai Jadi Program Terobosan Jokowi-Ahok

Kompas.com - 27/03/2014, 15:27 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Para cendekiawan menilai penataan dan normalisasi Waduk Pluit, Jakarta Utara, selama satu tahun ini sebagai terobosan baru pasangan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Terobosan itu terutama untuk menyelamatkan Ibu Kota dari permasalahan banjir. Upaya normalisasi ini juga menjadi semangat DKI untuk menormalisasi kali dan waduk lainnya di Ibu Kota.

Pengamatan para cendekiawan ini akhirnya dibukukan dalam satu buku yang berjudul "Waduk Pluit Semangat Membangun Jakarta Baru". Launching buku tersebut dilaksanakan pada Rabu (26/3/2014) kemarin, di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat.

Buku terbitan Kompas Media Nusantara ini setebal 244 halaman dan berisi pengamatan para cendekiawan yang ahli di bidangnya masing-masing. Di antaranya Peneliti Teknik Lingkungan Universitas Indonesia Firdaus Ali, Arsitek Perencana Kota Andy Siswanto, Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia Paulus Wirutomo, Direktur Eksekutif Komisi Pengawas Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng, dan lainnya. Buku ini juga memuat tiga cerpen pendek karangan cerpenis Gus Tf Sakai.

Kepada Kompas.com, Firdaus Ali mengatakan penataan Waduk Pluit menjadi prioritas utama pemerintahan Jokowi-Basuki untuk menanggulangi banjir di Jakarta. Langkah itu diambil ketika DKI mengalami banjir besar di hampir seluruh wilayah Jakarta. Padahal, saat itu, Jokowi-Basuki belum lagi memerintah selama 100 hari. Pasangan itupun mengambil langkah untuk menyelesaikan banjir dari hilir Jakarta atau wilayah utara Jakarta.

"Dulu, Waduk Pluit mengalami pendangkalan dan penyempitan di badan sungai, ditambah hunian liar di bantaran waduk," kata Firdaus.

Seharusnya Waduk Pluit berfungsi sebagai daerah resapan air. Di tengah banjir yang terus menghantui Jakarta dan tuntutan warga agar Jokowi-Basuki cepat mengatasi permasalahan tersebut, Jokowi harus dapat bergerak cepat.

Mengubah peruntukan Waduk Pluit menjadi daerah resapan air kembali, menghilangkan bangunan liar di bantaran waduk, serta memberi tempat tinggal layak bagi para warga yang terkena dampak gusuran.

Jokowi pun akhirnya mengambil langkah menunjuk PT Jakarta Propertindo untuk mengerjakan proyek normalisasi Waduk Pluit serta membuat ruang terbuka hijau (RTH) di sana. "Jokowi tahu kalau hulu domainnya ada di (pemerintah) pusat dan hilir domainnya ada di DKI. Jokowi membayar utang yang belum dikerjakan Pemprov DKI," kata Firdaus.

Sementara itu, Sosiolog Universitas Indonesia Thamrin Amal Tamagola mengapresiasi penerbitan buku tersebut. Ia optimis buku itu dapat memberi kekuatan baru bagi Pemprov DKI yang berhasil menata kawasan Waduk Pluit.

Namun, seharusnya, kata dia, buku ini juga dilengkapi oleh suara warga yang terkena dampak dari penataan Waduk Pluit. Sebab, daerah Jakarta Utara yang menjadi langganan banjir tiap tahunnya, setelah normalisasi itu dilaksanakan, banjir tak lagi merendam lingkungan mereka.

"Buku ini masih mencerminkan kata nurani tiga pihak, sastrawan, cendekiawan serta wartawan. Seharusnya bisa dari kacamata masyarakat juga," kata Thamrin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Megapolitan
Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Megapolitan
Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Megapolitan
Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Bikin Surat Perjanjian dengan Jakpro, Warga Sepakat Tinggalkan Rusun Kampung Susun Bayam

Megapolitan
Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Siswi SLB Diduga Dicabuli di Sekolah hingga Hamil, Orangtua Cari Keadilan

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 22 Mei 2024

Megapolitan
Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Warga Lihat Ibunda Furqon Ketua Tani Kampung Susun Bayam Hendak Dibawa Paksa Saat Penggerudukan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com