Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/04/2014, 18:49 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok balap liar dan geng motor menyimpang ditenggarai sebagai munculnya fenomena aktivitas asusila dari remaja-remaja yang dikenal dengan sebutan "cabe-cabean". Kalangan pengamat berpendapat bahwa aparat hukum perlu menelusuri untuk menguak kebenarannya.

"Ini cuma masalah pembuktian. Tinggal dibuktikan saja bahwa ada unsur tindakan asusila di dalamnya," kata Kriminolog Erlangga Masdiana, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (1/4/2014).

Apakah benar perempuan kemudian dijadikan "judi" dalam balap liar untuk menghasilkan uang, menurutnya perlu dibuktikan oleh aparat penegak hukum. Erlangga menyatakan, dalam satu perkara, tugas polisi memang berada di ujung atau hilir. Ibarat kata, lanjutnya, polisi baru dapat bertindak ketika "kebakaran" terjadi.

Namun, polisi dapat pula berada di hulu jika aparat hukum itu bertindak lebih lugas. "Polisi bisa menggunakan hak diskresi untuk meneruskan perkara itu. Kalau masih remaja, bisa dibina, jadi tidak diteruskan lebih lanjut," ujar kriminolog dari Universitas Indonesia itu.

Kasus seperti ini, menurutnya, tidak hanya dilihat dari sisi persoalan hukum saja. Ada masalah sosial yang terjadi di dalamnya. Perkembangan budaya dan juga dunia digital terkadang tidak bisa diantisipasi para remaja. Keluarga berperan untuk mengatasi hal itu.

"Kita harus melakukan pembenahan mengenai ketahanan sosial. Dari waktu-waktu terjadi penurunan," ujar Erlangga.

Kriminolog Adrianus Meliala mengamini keberadaan balap liar dan juga geng motor sebagai penyebab munculnya fenomena tersebut. Perempuan kemudian menjadi korban dan terjerumus kepada hal asusila karena pengaruh menyimpang dari kelompok.

"Maka betul, kalau polisi wajib menelusuri. Kalau tidak ditekan ini akan menjadi berkembang besar, kemudian menjadi susah untuk ditangani," ujar Adrianus.

Apalagi, jika melihat dari unsur pidana, fenomena tersebut menurutnya termasuk perbuatan asusila. "Kalau memang dilihat dari pendekatan pidana itu sudah. Karena, mereka sudah di atas umur atau tidak anak-anak lagi, dan sudah ada imbalan uang jadi sudah masuk kategori pelacuran," kata anggota Kompolnas tersebut.

Ia memandang, pada beberapa kasus polisi sudah menyentuh tindak kriminal dari geng motor dan aksi balap liar. Tetapi, mengenai ada tidaknya "cabe-cabean" dalam kelompok balap liar dan geng motor, belum tersentuh.

Kendati demikian, Adrianus juga mengungkapkan bahwa persoalan pidana itu hanya merupakan hilir. Menurutnya, perlu diketahui apakah hulu munculnya fenomena tersebut berdasarkan kenakalan remaja, masalah penyimpangan atau soal kejahatan. Dia berpendapat, fenomena tersebut bisa muncul karena faktor ekonomi dan gaya hidup glamor.

Seperti diberitakan Warta Kota, fakta eksploitasi perempuan pada dunia balap liar terungkap dari seorang pembalap liar. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan cabe-cabean. Sebutan ini sudah tak asing lagi. Mereka kerap berada di sekitar arena balap motor liar di Jakarta dan juga di perempatan-perempatan jalan. Inilah "lingkaran setan" di dunia balap liar. Ada "cabe" yang masih gadis dan tidak, ada motor yang butuh dana, serta uang taruhan.

"Cabe" yang masih gadis dijual, lalu uangnya kembali lagi ke arena balap liar. Uang ini digunakan untuk taruhan dan memodifikasi motor.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Antisipatif dan Inovatif, Terobosan Pj Heru Selama Memimpin Jakarta Raih Penghargaan

Antisipatif dan Inovatif, Terobosan Pj Heru Selama Memimpin Jakarta Raih Penghargaan

Megapolitan
Guru SDN Malaka Jaya 10 Digaji Rp 300.000, Walkot Jaktim: Nanti Saya yang Ngomong Salah...

Guru SDN Malaka Jaya 10 Digaji Rp 300.000, Walkot Jaktim: Nanti Saya yang Ngomong Salah...

Megapolitan
Tanam Ribuan Pohon di Pulogadung, Jokowi: Mengatasi Polusi yang Kita Rasakan

Tanam Ribuan Pohon di Pulogadung, Jokowi: Mengatasi Polusi yang Kita Rasakan

Megapolitan
Banjir Rob Berpotensi Terjadi di Pesisir Jakarta hingga 2 Desember 2023

Banjir Rob Berpotensi Terjadi di Pesisir Jakarta hingga 2 Desember 2023

Megapolitan
Wali Kota Jaksel Klaim Anak Asli Manggarai Diam dan Tak Terhasut dalam Tawuran Senin Dini Hari

Wali Kota Jaksel Klaim Anak Asli Manggarai Diam dan Tak Terhasut dalam Tawuran Senin Dini Hari

Megapolitan
Anak di Tangsel 18 kali Diperkosa Ayah Kandungnya hingga Hamil

Anak di Tangsel 18 kali Diperkosa Ayah Kandungnya hingga Hamil

Megapolitan
Mengadu ke DPRD DKI, Warga Keluhkan Usaha Kuliner di Jalan Tulodong Bikin Macet dan Bising

Mengadu ke DPRD DKI, Warga Keluhkan Usaha Kuliner di Jalan Tulodong Bikin Macet dan Bising

Megapolitan
Parpol Pasang Alat Kampanye di Jalan Protokol Bekasi, Bawaslu Bakal Beri Imbauan

Parpol Pasang Alat Kampanye di Jalan Protokol Bekasi, Bawaslu Bakal Beri Imbauan

Megapolitan
Cerita Warga Kampung Tanah Merah 7 Tahun Hidup di Tenda Setelah Digusur Pemerintah

Cerita Warga Kampung Tanah Merah 7 Tahun Hidup di Tenda Setelah Digusur Pemerintah

Megapolitan
Para Pemuda yang Ikut “Gathering” Pemkot Jaksel Diklaim Tak Terlibat Tawuran Terakhir di Manggarai

Para Pemuda yang Ikut “Gathering” Pemkot Jaksel Diklaim Tak Terlibat Tawuran Terakhir di Manggarai

Megapolitan
Damkar DKI Terima Kunjungan Edukasi untuk PAUD hingga SD, Simak Caranya

Damkar DKI Terima Kunjungan Edukasi untuk PAUD hingga SD, Simak Caranya

Megapolitan
IPW: Penahanan Firli Bahuri Sebaiknya Tunggu Hasil Sidang Praperadilan

IPW: Penahanan Firli Bahuri Sebaiknya Tunggu Hasil Sidang Praperadilan

Megapolitan
Ayah di Tangsel Tega Perkosa Anak Kandungnya hingga Hamil

Ayah di Tangsel Tega Perkosa Anak Kandungnya hingga Hamil

Megapolitan
Kasudin: Guru SD di Jaktim yang Digaji Rp 300.000 Pernah Buat Pernyataan Tak Persoalkan Upah

Kasudin: Guru SD di Jaktim yang Digaji Rp 300.000 Pernah Buat Pernyataan Tak Persoalkan Upah

Megapolitan
Aksi Sadis Perampok Minimarket di Bekasi: Todong Karyawan Pakai Senjata Api lalu Bacok Tangannya hingga Hampir Putus

Aksi Sadis Perampok Minimarket di Bekasi: Todong Karyawan Pakai Senjata Api lalu Bacok Tangannya hingga Hampir Putus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com