Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Keluhkan Penyelidikan Kematian Renggo Berjalan Lambat

Kompas.com - 19/06/2014, 13:46 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Penyelidikan kasus kematian Renggo Khadafi (11), pelajar SD 09 Makasar, Jakarta Timur, dinilai berjalan lambat. Pihak keluarga hingga kini belum menerima hasil visum untuk mengetahui kepastian meninggalnya pelajar kelas V SD yang diduga dianiaya, SY (11), kakak kelasnya tersebut.

Muhammad Yahya Matdoan, pengacara keluarga Renggo mengatakan, ada kesan dari pihak kepolisian seolah menutupi kasus tersebut. Dalam perkembangan penyidikan, kata dia, polisi enggan membeberkan mengenai penyebab pasti kematian Renggo kepada pihaknya.

"Hasil visum itu sudah diterima mereka (polisi), tetapi mereka tidak mau menunjukkan. Mereka hanya mengatakan ada bekas kekerasan di bagian perut dan mulut. Tetapi tidak menerangkan detailnya. Penyebab kematian ini yang disembunyikan," ujar Yahya, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/6/2014).

Yahya menjelaskan, sejak kasus tersebut berlalu lebih dari satu bulan silam, pihaknya menilai penyidikannya berjalan lambat. Belum adanya terduga pelaku yang dianggap bertanggung jawab atas kematian Renggo, membuat pihaknya bertanya-tanya.

"Kita ingin kalau memang ada fakta bukti bahwa dia (SY) itu pelakunya, ya tetapkanlah sebagai tersangka. Soal kemudian itu nanti proses. Yang jadi pertanyaan, kenapa ini diulur-ulur," ujar Yahya.

Pihak keluarga berharap penyebab kematian Renggo dapat terungkap. "Kalau persoalan aturan yang berlaku, kita menghormati. Tapi kita berharap keadilan, jangan dibawa lambat," tutupnya.

Kasus kematian Renggo terjadi beberapa hari dalam pekan yang sama ketika bocah kelas V SD tersebut dipukuli kakak kelasnya, SY. Renggo dianiaya karena menjatuhkan jajanan milik kakak kelasnya itu. Renggo sudah meminta maaf dan berniat mengganti jajanan SY. Namun, SY tetap memukuli korban. Kepada polisi, SY sudah mengakui adanya pemukulan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

DLH DKI Angkut 83 Meter Kubik Sampah dari Pesisir Marunda Kepu

Megapolitan
Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Janggal, Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

8 Pasien DBD Masih Dirawat di RSUD Tamansari, Mayoritas Anak-anak

Megapolitan
Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Pengelola Imbau Warga Tak Mudah Tergiur Tawaran Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com