Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Penakluk Api dalam Hening Lebaran

Kompas.com - 30/07/2014, 15:43 WIB

"Alhamdulillah keluarga saya dan saya mensyukuri nikmat yang diberikan. Sifat manusia kan enggak pernah cukup, makanya harus pandai-pandai bersyukur," tambahnya.

Menjadi petugas pemadam kebakaran, kata Suhada, tidak lantas membuatnya kebal akan segala hal, termasuk perasaan sedih. Ada saat-saat Suhada merasa terpuruk, terutama saat terjadi musibah menimpa satuannya.

"Pada 2010, teman satu peleton saya meninggal dalam tugas saat memadamkan kebakaran di Kali Anyar. Dua orang lainnya terluka parah, tapi alhamdulillah sekarang sudah pulih dan kembali bertugas," kata dia.

"Waktu itu kami memadamkan di lantai tiga, tiba-tiba dak dan tembok kiri kanan roboh. Kami bisa selamat itu adalah mukjizat. Kedua teman saya yang terluka parah itu sempat tidak terlihat karena tertutup tumpukan puing rumah, mereka terinjak-injak teman lainnya, dan posisinya terikat selang, tapi untung masih selamat," katanya.

"Kami bahagia kalau bisa menyelamatkan jiwa, masyarakat, dan menjaga kebakaran tidak menyebar. Tapi namanya manusia, ya sedih kalau ada musibah seperti itu," kata Suhada.

Karena tugasnya itu, tak jarang Suhada harus melawan api bermalam-malam. Yang terakhir adalah kebakaran Pasar Senen beberapa waktu lalu yang membuatnya berjaga sehari semalam.

"Rekor memadamkan, 13 jam pernah, 24 jam pernah sampai ketemu aplus lagi. Contohnya waktu kebakaran Pasar Tanah Abang 2003, itu empat hari non-stop. Ada lagi di pabrik sandal Swallow Cengkareng 5 hari. Kita kan kerja 24 jam, ya ganti shift-nya di lapangan, tidak boleh pulang ke rumah. Pintar-pintar bagi waktu saja, jangan sampai ketiban semua, kita buat siklus, istirahat beberapa jam, kalau tidak begitu kosong semua," katanya.

Istirahat di lapangan yang dimaksud Suhada bukanlah istirahat tidur semalaman di rumah penduduk atau apa, melainkan sekadar makan minum dan sekadar mengembuskan asap rokok.

"Intinya supaya tidak megang pemancar air saja," katanya.

Tantangan yang dihadapi petugas pemadam kebakaran ternyata bukan hanya di lapangan saja saat menghadapi api, melainkan juga saat harus menaklukan kejenuhan kala harus siaga di kantor selama 24 jam.

"Ya kalau jenuh kita kadang main tenis meja atau fitnes di barak atau ngobrol. Yang jelas, setiap pagi berangkat kerja, doa saya cuma satu, saya berdoa jangan ada kebakaran, 1 x 24 jam Jakarta aman, kode hijau, kode aman," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Toyota Fortuner Picu Kecelakaan Tol MBZ, Ternyata Mobil Dinas Polda Jabar...

Megapolitan
Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Truk Trailer Terbalik di Clincing akibat Pengemudinya Kurang Konsentrasi

Megapolitan
Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...

Megapolitan
Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Motor Warga Kampung Pugur Dicuri, Maling Beraksi Saat Korban Olahraga Pagi

Megapolitan
Longsor 'Teror' Warga New Anggrek 2, Waswas Mencengkeram meski Tinggal di Perumahan Elite

Longsor "Teror" Warga New Anggrek 2, Waswas Mencengkeram meski Tinggal di Perumahan Elite

Megapolitan
Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Geruduk Mahasiswa Berujung Petaka, 4 Warga di Tangsel Kini Jadi Tersangka

Megapolitan
PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

PKB Kota Bogor Andalkan Hasil Survei untuk Usung Kandidat pada Pilkada 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu 8 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam Nanti Berawan

Megapolitan
Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Hari Pertama Pendaftaran Cagub Independen, KPU DKI Belum Terima Berkas Masuk

Megapolitan
Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Keluarga Histeris Saat Tahu Putu Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Sosok Taruna STIP yang Meninggal Dianiaya Senior, Dikenal Mudah Berteman dan Bisa Diandalkan

Megapolitan
Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Taruna Tingkat Satu STIP Disebut Wajib Panggil Kakak Tingkat dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Pengakuan Eks Taruna STIP, Difitnah dan Dipukul Senior sampai Kancing Seragam Pecah

Megapolitan
Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Berkeberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com