Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobilnya Diderek, Pemilik Mobil Merasa Dirampok

Kompas.com - 08/09/2014, 16:04 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang pemilik kendaraan roda empat memprotes mobilnya diderek oleh petugas Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur di Jalan Jatinegara Timur tanpa sepengetahuannya, Senin (8/9/2014).

Menurut dia, pemberlakuan Perda No 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah terkait pelanggaran rambu parkir belum sepenuhnya disosialisasikan ke masyarakat.

Saat itu, Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur Benhard Hutajulu akan berpindah lokasi penertiban. Tiba-tiba, seorang lelaki yang mengenakan batik berwarna biru-hitam menghampiri petugas Dishub dalam kerumunan wartawan.

Ia pun menanyakan di mana mobilnya yang tidak ada di lokasi kepada Dishub. "Sekarang mobil saya di mana? Saya belum tahu. Ini ada apa?" kata lelaki yang tak ingin menyebutkan namanya itu.

"Bapak berurusan sama Bank DKI. Nanti Bapak bayar biaya retribusi gitu," kata Benhard. Seusai mendapat pengarahan dari Kasudin, lelaki ini justru terus berbicara di hadapan awak media, Sudinhub, kepolisian, Garnisun TNI-AD, atas kekecewaan kurangnya sosialisasi penerapan retribusi daerah tersebut.

Dia mengaku belum mengetahui adanya penertiban itu. Bahkan, ia mengaku sedang ada urusan sesaat yang membuatnya harus berkunjung ke Polres Metro Jakarta Timur yang berlokasi di jalan tersebut.

"Saya tidak tahu. Senang peraturan ini. Tapi, ini kurang sosialisasi. Kami menjunjung tinggi, tetapi masalahnya sosialisasi kurang. Saya sadar hukum bukan masalah kabur. Saya cuma parkir sebentar," kata dia.

Dia menanyakan kepada petugas bagaimana cara mengurus mobilnya untuk kembali. Namun, belum petugas menjawab, dia kembali bertutur di depan para pejabat ini.

"Kebetulan ini ada Bapak. Kalau tidak ada petugas (Dishub), saya tanya siapa? Tiba-tiba tidak ada. Ini dikatakan perampok. Mobil saya dirampok," ucap dia menggebu-gebu.

Benhard dan jajarannya hanya mendengarkan lelaki itu sampai menunggu selesai mengutarakan kekecewaannya. "Ayo dong tegakkan hukum. Mana sekarang mobil saya?" kata dia. Seorang petugas Sudinhub Jakarta Timur lain pun memberikan selembar kertas bertuliskan penerapan perda tersebut beserta retribusi yang dikenakan.

Biaya Rp 500.000 yang tertera di kertas itu membuat dia terus mendesak petugas mengeluarkan mobilnya. "Rp 500.000 dari mana? Sekarang bisa keluarkan hari ini tidak kalau langsung diurus?" tanya dia kepada petugas.

Petugas pada akhirnya merinci secara detail proses pembayaran dan pengembalian mobil laki-laki itu. Dia langsung bergegas pergi seusai mengetahui alur pembayaran yang dicanangkan Dinas Perhubungan DKI Jakarta bekerja sama dengan Bank DKI. "Semua dari sini (Jatinegara) dibawa ke Pulogebang," ucap Benhard.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com