Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pedagang Plastik yang Tak Ingin Anaknya Mengemis

Kompas.com - 11/10/2014, 07:27 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — "Plastiknya, Om... Biar enggak hilang sendalnya," kata seorang wanita berkulit gelap di pelataran Masjid Istiqlal.

Berkali-kali ia menawarkan plastik kresek hitamnya ke orang-orang yang hendak menunaikan ibadah shalat Jumat. Namun, kebanyakan orang yang lewat tidak menggubrisnya. Sebagian hanya memberikan senyum seadanya sambil menolak tawarannya.

Meski begitu, perempuan itu terus melambaikan plastiknya, sedangkan di tangan lainnya ia membawa dua pak plastik lainnya yang belum dibuka. Kadang-kadang, orang yang iba melihatnya akhirnya berhenti untuk sekadar memberinya selembar uang Rp 2.000 atau Rp 5.000 untuk ditukarkan dengan satu atau dua plastik.

Perempuan bertubuh kurus itu bernama Ina (40). Sehari-hari ia berjualan plastik di pelataran Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. "Lumayan buat tambah-tambah makan," ujar dia kepada Kompas.com, Jumat (3/10/2014) lalu.

Sejak suaminya meninggal dua tahun lalu, Ina menghidupi keluarga kecilnya seorang diri. Dari berjualan plastik, Ina mendapatkan Rp 20.000-Rp 30.000 sehari. Namun, setelahnya ia juga harus membeli lagi satu pak isi 50 plastik seharga Rp 4.500.

Ia tidak pernah mematok harga plastik yang dijualnya sehingga penghasilannya pun sangat tidak tetap. "Sukarela saja orang mau kasih berapa," ujar Ina.

Terkadang, Ina juga berjualan kopi dan minuman lainnya saat ada kegiatan, misalnya di Monumen Nasional. Namun, berjualan kopi membutuhkan modal yang lebih banyak sehingga tidak setiap saat ia bisa berjualan kopi.

"Jualan kopi itu modalnya lumayan, bisa Rp 200.000 sekali jualan. Saya mana punya, jadi kalau lagi ada duit saja. Punya duit Rp 20.000, saya beliin plastik saja," kata dia.

Ditertibkan

Saat berjualan kopi, Ina juga punya pengalaman pahit, yaitu ditertibkan oleh petugas satuan polisi pamong praja (satpol PP). Ketika itu, dagangannya yang masih utuh ludes diangkuti petugas.

"Padahal untuk modalnya saya sudah ngumpulin lama, tahunya malah diangkut. Rugi banget," keluh dia.

Karena itu, Ina sering kali berpikir ulang sebelum berjualan dengan modal yang tinggi. Meskipun keuntungan menjual kopi cukup besar, ia tidak berani. Selain karena ada risiko ditertibkan, uang yang dimiliki untuk modal berjualan pun pas-pasan.

Anak berprestasi

Saat tengah berbincang dengan Kompas.com, seorang anak berambut keriting berseragam olahraga menghampiri Ina, kemudian mencium tangannya. Dengan senyum merekah, Ina menyambutnya hangat, kemudian menanyakan hari si anak.

Anak itu belakangan diketahui bernama Fenty (12), anak semata wayang Ina yang baru pulang sekolah. Ina bercerita, Fenty termasuk anak yang berprestasi di sekolah. "Ranking terus anak saya," kata dia.

Oleh karenanya, ia bertekad supaya anaknya, yang kini duduk di bangku sekolah dasar, tak harus menanggung beban keluarganya.

"Saya enggak mau anak saya ngemis kayak anak-anak lain. Bekerja juga enggak boleh, masih kecil. Mending fokus sekolah saja," tekan Ina dengan sorot mata sendu.

Ina berharap, dengan memfokuskan agar anaknya bersekolah, suatu hari anaknya bisa mengangkat derajat keluarganya menjadi jauh lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Pekerja Proyek Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan, Diduga Tak Pakai Alat Pengaman

Megapolitan
Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com