Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cellista, Si Mungil dengan Penyakit Langka...

Kompas.com - 01/11/2014, 11:14 WIB
Jessi Carina

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Seorang bayi perempuan mungil, baru berusia 14 bulan, hanya berbobot 5 kilogram. Setiap hari, ia hanya berbaring di gendongan sang ibu sambil minum susu yang hanya bisa masuk ke tubuh melalui selang NGT di hidungnya.

Bayi itu bernama Cellista Asanfa, putri dari Fani dan Saryanto yang saat ini berdomisili di Solo. Cellista sedang sakit, tetapi bukan penyakit biasa. Cellista mengidap sebuah penyakit langka bernama alagille syndrome. Ini merupakan penyakit genetik yang mengganggu ginjal, hati, dan jantung, yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Dengan kondisi seperti ini, Cellista harus mendapatkan perlakuan khusus.

"Susu yang diminum Cellista khusus karena kondisi sakitnya. Susu yang diminum harus susu hipoalergenik atau non-lemak," ujar Fani kepada Kompas.com, Sabtu (1/11/2014).

Ayah Cellista seorang sales makanan, sementara ibu Cellista, Fani, seorang ibu rumah tangga. Bersama-sama, mereka berjuang untuk kesembuhan Cellista.

Terlahir kembar
Bayi Cellista sebenarnya terlahir kembar. Bersama kembarannya yang bernama Mikhayla Asanfa, mereka lahir lebih cepat satu bulan pada 11 Juli 2013, dalam kondisi prematur. Begitu lahir, Fani tidak bisa langsung membawa kedua putrinya pulang.

Saat itu, dokter langsung mendiagnosis Cellista dan Mikhayla dengan penyakit jantung bawaan tipe patent foramen ovale (PFO) dan atrial septal defect (ASD) serta kolestasis hati. Hampir tiap bulan, Cellista masuk keluar rumah sakit karena komplikasi.

Setelah mengalami perawatan di Solo, dokter mengatakan bahwa tim dokter belum bisa menangani penyakit si kembar karena langka. Si kembar dirujuk untuk melakukan operasi di RSCM Jakarta.

Satu bulan dirawat di RSCM, si kembar dinyatakan siap untuk menjalani operasi biopsi. Mikhayla mendapat giliran menjalani operasi terlebih dahulu. Namun, operasi gagal. Mikhayla meninggal dunia. Mudahnya terjadi pendarahan memang salah satu efek dari alagille syndrome.

Kini, tinggal Cellista yang masih harus melanjutkan perjuangan untuk sembuh. "Akan tetapi, kami belum menyerah. Cellista harus kami perjuangkan," ujar Fani.

Dirujuk ke Jepang
Belajar dari kasus Mikhayla, Cellista tidak dapat dioperasi dengan metode yang sama dengan Mikhayla. Fani sempat putus harapan, tidak tahu harus ke mana lagi untuk mengobati penyakit langka si kecil.

Namun, ternyata masih ada harapan. Jalan satu-satunya adalah Cellista harus menjalani transplantasi jantung. Akan tetapi, RSCM tidak bisa melakukan transplantasinya itu sendiri. Cellista pun disarankan untuk melakukan transplantasi dengan dokter khusus di Jepang.

"RSCM bisa melakukan transplantasi hati, tetapi dengan kondisi atresia bilier, yang kemungkinan bisa berhasil. Untuk kasus alagille syndrome, RSCM belum pernah. Jadi, pasien disarankan untuk ke dokter ahlinya dengan dr Tanaka di Jepang," ujar Fani.

Namun, Fani langsung terkejut begitu tahu biaya yang harus dikeluarkan untuk transplantasi di Jepang, Rp 600 juta. "Saat pertama dengar, saya sudah pasrah saja," ujar Fani.

Saat ini, Cellista masih terbaring lemah di rumahnya. Belum ada kepastian soal rencana transplantasi ke Jepang untuk Cellista karena tidak ada biaya. Kini, Fani hanya bisa mengumpulkan uang sambil menunggu bantuan untuk putrinya. "Semoga ada kabar baik untuk Cellista," ujar Fani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com