Agus beralasan bahwa lingkungan warga kompleks TNI itu sudah menjadi tempat narkoba, minuman keras, perjudian, dan lainnya. Sekitar akhir tahun 2014 lalu, lokasi ini digerebek ratusan personel TNI dan Polri.
Beberapa orang diamankan karena penyalahgunaan narkoba, minuman keras, dan lainnya. Terkait pernyataan Pangdam Jaya itu, YB (25), warga RT 01 RW 10 kompleks tersebut, menyesalinya. [Baca: Pangdam Jaya: Kompleks Batalyon Siliwangi Berubah Fungsi Jadi Sarang Maksiat]
Ia menolak kompleks itu disebut demikian. Menurut dia, penyebutan kompleks itu sebagai sarang maksiat hanya akal-akalan TNI untuk melakukan penggusuran.
"Itu saya enggak setuju kalau di sini dibilang sarang maksiat, sarang narkoba. Sarang miras itu cuma akal-akalan Kodam karena memang mereka sudah incar tanah ini. Kalau saya bilang, itu strategi Kodam. Itu cara mereka untuk menarik simpati kembali untuk menarik tanah ini," kata YB, kepada Kompas.com, saat ditemui di lokasi, Jumat (9/1/2015).
YB mengatakan, saat pasukan TNI dan Polri melakukan operasi besar-besaran akhir tahun kemarin, barang bukti yang ditemukan pun sedikit sehingga dia menilai kompleks tersebut tak dapat di-judge sebagai sarang maksiat.
"Dibilang narkoba, daerah mana pun ada kalau mau dicari. Tetapi, kalau mau dibilang sarang, saya enggak setuju," ujar YB.
Terkait perjudian, dia menampiknya. Mungkin, kata dia, yang dimaksud adalah orang yang sedang bermain kartu di depan rumah. "Mungkin orang cuma main kartu mereka anggap judi," ujar pemuda yang mengaku memiliki buyut veteran bernama Gerson Bolang, yang dimakamkan di TMP Kalibata itu. [Baca: Pangdam Jaya: Hanya 80 Pensiunan dan 15 Perwira TNI di Kompleks Batalyon Siliwangi]
Sementara itu, MA (29), warga RT 1 RW 10 lainnya, mengakui jika memang beberapa hal seperti narkoba, minuman keras, dan perjudian itu ditemukan saat penggerebekan kemarin. Untuk narkoba, MA senada dengan YB bahwa barang bukti yang ditemukan sedikit.
Dari sembilan orang yang diamankan, sambungnya, tujuh orang dilepaskan dan sisanya dua orang diamankan di Polres Metro Jakarta Timur karena terdapat barang bukti. "Itu pun semua mereka pemakai, bukan bandar," ujar MA.
Soal minuman keras, MA mempertanyakan mengapa itu dijadikan alasan menyebut kompleks itu lokasi maksiat. Sebab, putra almarhum veteran Zainal Said itu mengatakan, minuman keras di lingkungan mana pun juga banyak yang menjual. Oleh karena itu, MA menyayangkan pernyataan yang mengatakan bahwa lingkungan itu adalah sarang maksiat. "Kalau jadi sarang enggak, apalagi dibilang jadi sarang maksiat," ujar MA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.