BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Aqua

(Bukan) Bangsa Sampah

Kompas.com - 06/02/2015, 15:01 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil itu memperlambat lajunya di Jalan Gandaria, Jakarta Selatan, sekitar pukul 06.00. Dari jendela, sebuah bungkusan plastik keresek diletakkan di median jalan. Mobil kembali melaju meninggalkan bungkusan sampah tersebut. Kantong-kantong keresek berisi sampah rumah tangga pun berbaur menjadi ”hiasan” di depan salah satu mal terbesar di Jakarta Selatan. Jorok.

Situasi serupa akan mudah ditemui di Ciputat atau lokasi-lokasi lain sekitar Jabodetabek. Sampah-sampah dalam kantong keresek lazim dibuang warga saat mereka berangkat kerja.

Mereka yang bermobil atau mengendarai sepeda motor adalah para pembuang sampah sembarangan. Sampah-sampah itu tidak hanya dibuang di median jalan atau di pinggir jalan, tetapi juga ke lahan-lahan kosong di mana pun, termasuk di tepi sungai.

Di sejumlah lokasi, larangan membuang sampah bahkan ditulis dengan kalimat-kalimat (sangat) kasar. Misalnya, ”Dilarang membuang sampah, kecuali anjing...” atau kalimat kasar lainnya. Tetapi, hal itu ternyata tidak mengurangi kebiasaan buruk itu.

Membuang, mengolah, atau mengelola sampah di Ibu Kota dan daerah sekitarnya bukan persoalan mudah. Ini bukan melulu soal sistem pengelolaan sampah yang belum terpadu.

Kebiasaan warga kota membuang sampah sembarangan menjadi tantangan tersendiri. Walaupun semua agama mengajarkan mengenai pentingnya kebersihan, tidak lantas menjadikan pemeluknya bijak menangani sampah.

Sejumlah perumahan pun kewalahan, apalagi di perkampungan. Di sebuah tatar (cluster) rumah mewah di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, misalnya, sejumlah spanduk dipasang di sejumlah lokasi.

Isinya berupa imbauan agar warga membayar iuran pemeliharaan lingkungan (IPL). Sejumlah warga menunggak tidak membayar IPL. Hal itu mengakibatkan pengurus perumahan juga kesulitan mendapatkan biaya operasional untuk mengelola sampah.

Sejumlah pengurus rukun tetangga (RT) biasanya memberikan sanksi. Sampah tidak diangkut bagi warga yang tidak membayar iuran lingkungan. Menyelesaikan masalah? Tidak juga. Mereka itulah, antara lain, yang dengan enteng membuang sampah di jalanan atau melempar ke kali. Bahkan, banyak di antaranya memiliki kendaraan roda empat. Artinya, mereka bukan warga kekurangan dari segi finansial.

Masih tradisional

Penanganan sampah memang bukan persoalan gampang. Apalagi, saat cara penanganannya masih tradisional. Di Kota Bekasi, misalnya, setiap hari 800 ton sampah tidak terangkut. Jumlah itu hampir setengahnya dari 1.600 ton sampah yang dihasilkan kota pinggiran Jakarta itu.

Sementara volume sampah yang dihasilkan warga Ibu Kota mencapai 6.500 ton per hari. Sampah itu sebagian besar, yakni sekitar 53 persen, berasal dari rumah tangga. Sisanya, ya, sampah industri.

Penanganannya masih sederhana. Sampah warga itu dikumpulkan di tempat pembuangan sampah sementara, kemudian dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk Jakarta, TPA ini berada di Bantar Gebang, Bekasi.

Sebenarnya ada sanksi hukum bagi warga Ibu Kota yang membuang sampah sembarangan, seperti tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah. Peraturan itu bahkan mengatur jam buang sampah warga hingga larangan membuang sampah di sungai/kali, kanal, waduk, situ dan saluran air limbah, jalan, taman, serta tempat umum lainnya.

Mungkin saatnya pemerintah kota menghukum mereka yang membuang sampah sembarangan. Langkah itu setidaknya untuk memberikan efek jera. Atau, memang sikap masyarakat terhadap sampah itu, ya, memang cerminan dari masyarakat itu sendiri?

Yang jelas, kita bukan bangsa sampah, bukan? (Agus Hermawan)


Terkini Lainnya

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Ada Aksi “May Day”, Polisi Imbau Masyarakat Hindari Sekitar GBK dan Patung Kuda

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Rabu 1 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

[POPULER JABODETABEK] Spanduk Protes “Jalan Ini Sudah Mati” di Cipayung Depok | Polisi Temukan Tisu “Magic” di Tas Hitam Diduga Milik Brigadir RAT

Megapolitan
Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com