Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Pendidikan dalam 100 Hari Ahok-Djarot

Kompas.com - 26/02/2015, 13:46 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

Kekerasan pelajar

Namun, di masa kepemimpinan Ahok dan Djarot tawuran dan kekerasan oleh pelajar nampaknya belum hilang. Teranyar kasus kekerasan enam pelajar terhadap seorang alumni sekolah, yang terjadi di SMAN 3 Setiabudi, Jakarta Selatan.

Kekerasan oleh para pelajar itu berakhir dengan penjatuhan hukuman skorsing terhadap mereka. Rupanya, hal ini berbuntut panjang. Orangtua siswa ada yang tidak terima dan melaporkan keputusan Kepala Sekolah SMAN 3, Retno Listyarti ke kepolisian.

Pemberian skorsing oleh Retno terhadap siswa yang melakukan kekerasan dianggap orangtua sebagai perbuatan diskriminasi. Lebih-lebih, Dinas Pendidikan DKI juga dianggap melemahkan keputusan kepala sekolah yang melakukan skorsing.

Sebab, Kepala Dinas Pendidikan DKI Arie Budiman, dikabarkan mengurangi masa skorsing siswa tersebut. Mengutip wartakotalive.com, siswa yang dijatuhi skorsing 39 hari rencananya dikurangi menjadi 15 hari.

Padahal, banyak ancaman dari Ahok untuk pelajar yang melakukan kekerasan salah satunya yakni mengeluarkan siswa dari sekolah. Dharmaningtyas menilai hal ini memberikan preseden buruk dalam hal ketegasan soal sanksi terhadap oknum siswa yang melakukan kekerasan.

"Pemberian skorsing murid SMAN 3, Kepala Dinas justru melemahkan apa yang dilakukan Kepala Sekolah. Itu contoh buruk," ujar Dharmaningtyas.

Hal ini, lanjutnya, karena Kadisdik DKI bukan berasal dari orang yang paham dengan posisi jabatan di bidang pendidikan.

Sekadar informasi, Kadisdik DKI saat ini ialah mantan Kepala Dinas Pariwisata DKI. "Itu manajemen yang buruk (bagi pendidikan) untuk Jakarta," ujarnya.

Sementara persoalan tawuran, dia menganggap tiga bulan ini kasusnya menurun. Untuk mencegah terjadi tawuran ia mendukung langkah Ahok untuk mengeluarkan siswa yang terlibat.

"Sekolah itu untuk mendidik anak agar memiliki budi pekerti, kalau kemudian sekolah masih memelihara yang begitu salah," ujarnya. Tetapi untuk menghilangkan betul tawuran buka perkara gampang, merupakan masalah yang kompleks.

Sarannya, tawuran dapat dihilangkan perlahan dengan menerapkan aturan ketat di sekolah. "Kalau sekolah punya aturan barang siapa murid melakukan tawuran dikeluarkan, murid akan takut. Tetapi kalau enggak ya jelas enggak ada yang takut," kata dia.

Masalah lain yang disoroti adalah perbaikan gedung sekolah. Menurut dia, sistem anggaran yang belum multi years membuat banyak pengerjaan gedung sekolah mangkrak di akhir tahun. "Ini tidak baik untuk provinsi yang memiliki anggaran besar," ujarnya.

Seharusnya, sambung dia, pengerjaan sekolah cukup memakan waktu setahun, tidak dua tahun. Misalnya, untuk sekolah dengan kapasitas 10-12 ruangan. Untuk pembangunan sekolah, lanjutnya, sedari awal tahun harus dilakukan tender.

"Jadi sekitar Maret itu sudah ditentukan pemenang tender, dan bulan April itu sudah mulai pengerjaan. Sehingga pengerjaannya cukup dalam waktu setahun," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com