Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjibaku Menuju Tempat Kerja...

Kompas.com - 10/03/2015, 17:54 WIB

”Dorong saya, dorong saya. Dorong terus,” kata seorang penumpang dengan napas terengah-engah.

Ia berupaya menggapai pintu masuk gerbong dengan meminta pertolongan kepada penumpang yang masih berdesakan di peron. Ia ingin tubuhnya segera bisa masuk ke dalam gerbong. Umumnya penumpang sudah saling mengerti bahwa agar dapat masuk gerbong yang sudah padat penumpang, butuh bantuan dorongan oleh penumpang lain yang masih berdiri di peron.

Saking padatnya penumpang, ketika kereta berangkat pun para penumpang yang ada di gerbong sampai tak bergerak karena nyaris tak ada celah tersisa. Pemandangan ini sudah menjadi pemandangan umum pagi hari di stasiun transit seperti Stasiun Manggarai yang menjadi stasiun transit penumpang dari Bogor, Depok, Bekasi, ke tengah kota Jakarta.

Sebaliknya, Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Sudirman yang menjadi stasiun tujuan di pagi hari akan berubah menjadi lautan manusia pada sore hari. Di peron 6 Stasiun Tanah Abang tempat keberangkatan kereta tujuan Serpong dan beberapa stasiun di Tangerang, contohnya, penumpang harus antre di lantai 2 untuk masuk ke peron.

Sementara lebar peron 6 Stasiun Tanah Abang itu terbilang sempit, hanya 4 meter. Ketika sedang padat penumpang, setiap penumpang harus memasang kaki yang kuat agar tak terdorong oleh penumpang lain dan terjatuh ke rel.

Bukan pilihan tepat

Menggunakan sepeda motor juga bukan pilihan yang tepat. Mulai dari Bekasi sampai di perbatasan dengan Duren Sawit, Jakarta Timur, misalnya, kemacetan tak terhindarkan. Senin pagi, kendaraan bertumpuk di Jalan KH Noer Ali, Bekasi. Sepeda motor hanya mampu melaju dengan maksimal 10 kilometer per jam.

Berlangsungnya aktivitas proyek infrastruktur di sejumlah wilayah Jakarta kian menambah penderitaan itu. Proyek tersebut antara lain MRT, jalan layang, dan rel dwiganda.

Warga berharap proyek tersebut dapat selesai tepat waktu sehingga tercipta kondisi transportasi yang lebih baik. (MDN/DNA/B09/B10)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com