Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Pembahasan dengan DPRD Normatif, RAPBD Langsung Dikirim ke Kemendagri

Kompas.com - 12/03/2015, 15:29 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Daerah DKI Saefullah mengaku bahwa rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (RAPBD) yang dikirim Pemerintah Provinsi DKI ke Kementerian Dalam Negeri berasal dari sistem e-budgeting yang belum dibahas bersama dengan DPRD DKI. Saefullah mengatakan hal tersebut karena proses pembahasan dengan DPRD belum berjalan maksimal.

"RAPBD yang kita kirim itu isinya pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Persoalannya lampiran belanja lah yang jadi perbedaan eksekutif dan legislatif. Perlu saya sampaikan bahwa proses pembahasan komisi ini, mungkin karena kendala waktu, tidak maksimal," ujar Saefullah di DPRD DKI, Kamis (12/3/2015).

Saefullah mengatakan ia memiliki rekaman proses pembahasan di tiap komisi. Menurut Saefullah, hasil pembahasan tersebut sangat normatif.

Meski demikian, hasil pembahasan tetap dilampirkan dan ikut dikirim ke Kemendagri. Ketika Saefullah sedang menjelaskan, panitia angket yang juga Ketua Komisi D, Sanusi, memotong penjelasan Saefullah. [Baca: Sekda Akui "Input" Data di "E-budgeting" Sebelum Pembahasan dengan DPRD]

Sanusi mempertanyakan apa yang dimaksud Saefullah dengan pembahasan "normatif". Sanusi balik membalas bahwa DPRD sendiri menerima draf APBD yang bersifat normatif.

"Normatif itu apa? Kami sendiri terima draf APBD normatif. Contohnya bansos hibah Rp 300 miliar atau pembangunan pipa Rp 100 miliar. Itu normatif. Semua isinya normatif. Memang Bapak kasih kita (sudah) normatif tetapi kita bahas dari jam 10.00 -22.00 WIB. Semua yang Bapak kasih enggak ada yang detail. Malah yang lebih parah, belanja tidak langsung tidak ada yang Bapak sampaikan," ujar Sanusi.

Menjawab hal itu, Saefullah menyatakan Pemprov DKI sudah menyerahkan draf APBD dalam format excel bukan PDF. Sehingga, sudah dapat dibahas oleh DPRD.

Wakil ketua tim hak angket, Inggard Joshua pun kembali berkomentar mengenai hal ini. "Pertama kali kita memang dikasih dalam bentuk PDF. Bagaimana kita mau bahas kalau PDF? Akhirnya baru diberikan excel," ujar Inggard.

"Ini apakah kita tidak diperkenankan untuk bahas karena waktu dipersempit?" ujar Inggard.

Saefullah pun menjawab itu semua. Saefullah menjawab pembahasan antara eksekutif dan legislatif belum detail. Kemudian, terjadi pula pemotongan-pemotongan anggaran di beberapa program.

"Kita enggak pernah masuk ke detail. Jadi yang terjadi setelah kita pelajari dari no 1 sampai terakhir, itu malah ada pemotongan tiap item dari 10 hingga 15 persen. Ada yang 40 persen dan dimasukkan program baru. Jadi Pak kalau anggaran pembangunan sekolah yang dialokasikan, malah ada pemotongan 20 persen, maka sekolah enggak jadi setahun. Tahun depan dipotong lagi, enggak jadi-jadi sekolah kita," jawab Saefullah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com