Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayat di Apartemen Taman Anggrek Diduga Terikat Tambang di Belakang Pintu

Kompas.com - 16/03/2015, 20:50 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Willys Matulatan Tjhan (47) ditemukan meninggal di Apartemen atau Kondominium Taman Anggrek, Jakarta Barat, Minggu (15/3/2015) siang dalam kondisi yang tidak wajar. Mayat Willys diduga diikat dengan tali tambang di bagian leher yang terhubung dengan tali yang terikat pada gagang pintu di bagian luar.

"Pada saat itu kakak korban melihat ada tali tambang nilon cokelat yang terikat di gagang pintu luar selanjutnya dihubungkan ke dalam melalui atas pintu," kata Kapolsek Tanjung Duran Komisaris Polisi M Iqbal kepada Kompas.com, Senin (16/3/2015).

Kakak korban, Rudi Tanran (sebelumnya Budi, red) yang mengaku tidak mendapat kabar sama sekali dari Willys sejak Rabu (11/3/2015) berinisiatif untuk ke apartemen adiknya.

Rudi memiliki pegangan kunci duplikat sehingga bisa masuk ke dalam apartemen Willys yang berada di Tower 5 lantai 45 J tersebut.

Namun, ketika masuk ke apartemen itu, Rudi mencium bau tak sedap. Bau itu ditelusuri Rudi hingga sampai ke depan pintu kamar Willys. [Baca: Mayat Pria dengan Leher Terikat Ditemukan di Apartemen Taman Anggrek]

Dari depan pintu tersebut terlihat sebuah tali tambang nilon berwarna cokelat yang diikat pada gagang pintu.

"Kakak korban sempat memanggil sekuriti lalu mereka buka pintu kamar pakai kunci. Saat dibuka, terdengar bunyi sesuatu yang terjatuh," ucap Iqbal.

Setelah pintu terbuka, barulah didapati mayat Willys di belakang pintu dengan kondisi sudah membengkak. Tali tambang yang ditemukan di gagang pintu depan pun bermuara membalut leher Willys.

Dugaan sementara, bunyi sesuatu yang terjatuh adalah mayat Willys yang digantung di belakang pintu. Berdasarkan pemeriksaan sementara, menurut Iqbal, belum ditemukan tanda-tanda penganiayaan pada tubuh Willys.

Jenazah Willys sendiri sudah dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk menjalani visum.

Ketika Kompas.com coba menengok tempat kejadian perkara (TKP) di Kondominium Taman Anggrek, pengelola tidak mengizinkan untuk masuk.

Perwakilan pengelola Kondominium Taman Anggrek Supriyanto mengaku bahwa unit apartemen Willys dilarang dimasuki dengan alasan sudah lewat dari hari ditemukannya mayat Willys.

"Mohon maaf, kita tidak bisa (kasih masuk). Memang masih ada garis polisi tetapi kami tidak mengizinkan," ujar Supriyanto.

Ralat informasi

Sebelumnya Kapolsek Tanjung Duren Komisaris Polisi M Iqbal menyatakan Willys ditemukan di atas ranjang dalam posisi terikat. Namun dikoreksi kembali bahwa Willys ditemukan tergantung di belakang pintu kamarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawaslu DKI Bakal Surati Pengelola Apartemen yang Menolak Coklit Data Pemilih Pilkada 2024

Bawaslu DKI Bakal Surati Pengelola Apartemen yang Menolak Coklit Data Pemilih Pilkada 2024

Megapolitan
Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani

Bahagianya Klautidus Terima Kaki Palsu dari Kemensos, Kini Bisa Kembali Jadi Petani

Megapolitan
Bus Wisata Ukuran Besar Bisa Parkir di Stasiun Gambir, tapi Lahannya Terbatas

Bus Wisata Ukuran Besar Bisa Parkir di Stasiun Gambir, tapi Lahannya Terbatas

Megapolitan
Mertua Korban Penganiayaan Menantu di Jakbar Gugat Kapolri-Kapolda ke Pengadilan

Mertua Korban Penganiayaan Menantu di Jakbar Gugat Kapolri-Kapolda ke Pengadilan

Megapolitan
Parpol Lain Dinilai Sulit Dukung Anies-Sohibul, PKS Bisa Ditinggal Calon Mitra Koalisi

Parpol Lain Dinilai Sulit Dukung Anies-Sohibul, PKS Bisa Ditinggal Calon Mitra Koalisi

Megapolitan
Selebgram Bogor yang Ditangkap Polisi karena Promosikan Judi Online Berstatus Mahasiswa

Selebgram Bogor yang Ditangkap Polisi karena Promosikan Judi Online Berstatus Mahasiswa

Megapolitan
Persiapan Pilkada Jakarta 2024, Bawaslu DKI: Ada Beberapa Apartemen Menolak Coklit

Persiapan Pilkada Jakarta 2024, Bawaslu DKI: Ada Beberapa Apartemen Menolak Coklit

Megapolitan
Petugas Parkir di Stasiun Gambir Mengaku Sering Lihat Bus Wisata Diadang Preman

Petugas Parkir di Stasiun Gambir Mengaku Sering Lihat Bus Wisata Diadang Preman

Megapolitan
PKS Batal Usung Sohibul Iman Jadi Cagub pada Pilkada Jakarta, Pengamat: Dia Sulit Bersaing dengan Nama Besar

PKS Batal Usung Sohibul Iman Jadi Cagub pada Pilkada Jakarta, Pengamat: Dia Sulit Bersaing dengan Nama Besar

Megapolitan
Berangkat dari Roxy Jakpus, Pengemudi Ojol Ngamuk di Depok Gara-gara Sulit Temukan Alamat

Berangkat dari Roxy Jakpus, Pengemudi Ojol Ngamuk di Depok Gara-gara Sulit Temukan Alamat

Megapolitan
Selebgram di Bogor Digaji Rp 5,5 Juta Per Bulan untuk Promosikan Situs Judi Online

Selebgram di Bogor Digaji Rp 5,5 Juta Per Bulan untuk Promosikan Situs Judi Online

Megapolitan
Kecewanya Helmi, Anaknya Gagal Lolos PPDB SMP Negeri karena Umur Melebihi Batas

Kecewanya Helmi, Anaknya Gagal Lolos PPDB SMP Negeri karena Umur Melebihi Batas

Megapolitan
Menteri Sosial Serahkan Bansos untuk Warga Kepulauan Tanimbar Maluku

Menteri Sosial Serahkan Bansos untuk Warga Kepulauan Tanimbar Maluku

Megapolitan
Cerita 'Single Mom' Sulit Daftarkan Anak PPDB Online

Cerita "Single Mom" Sulit Daftarkan Anak PPDB Online

Megapolitan
Sohibul Batal Dicalonkan Gubernur tapi Jadi Cawagub, PKS Dinilai Pertimbangkan Elektabilitas

Sohibul Batal Dicalonkan Gubernur tapi Jadi Cawagub, PKS Dinilai Pertimbangkan Elektabilitas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com