"Makanya, kalau pemakaman lagi sepi, tukang gali kubur pada memble alias lemes," katanya seraya menambahkan terdapat enam pria penggali kubur yang bertugas di TPU tersebut.
Menurut Bambang, biaya sebesar itu masih terbilang wajar. Terlebih lagi, katanya, proses menggali tanah untuk kuburan bukan hal mudah. Diperlukan beberapa pria dengan fisik yang kuat agar satu petak kuburan bisa disiapkan untuk pemakaman.
Selain itu, tambahnya, hampir semua TPU di Jakarta mengenakan harga yang sama. Dia dan teman-temannya mengaku hanya mengikuti "mekanisme pasar". "Malahan di TPU lain ada yang tarifnya sampai Rp 5 juta," ucapnya tanpa menyebut TPU yang dimaksud.
Terkait perbedaan harga antara lahan makam yang "di depan" dan yang "di belakang", menurut Bambang, hal itu terjadi karena selama ini ahli waris kerap memesan kuburan di bagian depan atau pinggir jalan. Karena itu, mereka menetapkan tarif di luar biaya normal.
"Kuburan di bagian belakang harganya sekitar Rp 1,5 juta, lebih murah karena dia agak terpencil. Kalau yang di depan kan gampang diurusin. Sama saja kayak rumah orang hidup, kalau posisi rumah di pinggir jalan kan lebih mahal harganya dibandingkan yang letaknya di pojok," ujarnya.
Lelaki berjenggot itu menuturkan, biaya pesan lahan makam selalu naik tiap tahunnya, tak ubahnya harga tanah untuk permukiman. Tahun 2010 lalu, katanya, tarif sewa lahan makam masih Rp 700.000 per makam. "Sekarang enggak terasa sudah naik jadi Rp 2 jutaan," katanya. (gps)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.