Namun, Ferry juga memberikan "ultimatum". "Coba sekarang dalam 4-5 tahun ke depan, kita semua pemerintah daerah, pusat, akademisi, dan swasta berpikir dan bertindak nyata. Kalau masalah integrasi ini belum terjawab juga, sudahlah kita tutup saja (tidak perlu lagi ada rencana-rencana itu)," katanya.
Ferry sekali lagi menegaskan bahwa membangun sinergi Jabodetabek sebagai satu kawasan bukan bertujuan meluaskan kota Jakarta. "Tetapi, membangun kawasan untuk hidup yang layak bagi semua warga Jabodetabek. Untuk itu, harus ada keseimbangan dengan daya dukung lingkungan," katanya.
Ego politik
Pengamat perkotaan Yayat Supriyatna mengatakan, sinergi Jabodetabek ini sulit tercapai karena ego tiap daerah. Sementara sentimen sosial antarwarga antardaerah, kata Yayat, lebih dipicu ketimpangan pembangunan selama ini. Jika pembangunan merata dan menyejahterakan rakyat, tentu mereka mendukung sinergi ini.
Kepala Laboratorium Program Studi Teknik Sipil Universtas Pakuan Budi Arief mengatakan, jika semua kepala daerah di Jabodetabek dan pemerintah pusat cukup punya tekad kuat, misalnya, amat mudah membangun transportasi massal.
"Untuk atasi yang saat ini sudah kejadian, tol tumbuh tapi tetap macet di mana-mana, mengapa tidak membangun jalur kereta api di sisi tiap jalan tol? Jalur KA tidak akan banyak memakan tempat. Terobosan di bidang jaringan kereta api akan terjadi, sesuatu yang seharusnya dilakukan sejak dulu," katanya.
Dekan Fakultas Pertanian IPB Ernan Rustiandi mengatakan, terkadang lelah mendorong dan menunggu terwujudnya sinergi. Akan tetapi, upaya ini harus tetap digulirkan agar cita-cita itu terwujud.
Pernyataan tegas Menteri Ferry pun belum mencerminkan kebulatan tekad pemerintah. Masih banyak kementerian lain yang perlu dirangkul. Belum lagi kepala daerah dari tiga provinsi di Jabodetabek dan lebih dari 10 wali kota/bupati yang wajib dilibatkan.
Pekerjaan besar ini akan menemukan akhir bahagianya hanya jika pemerintah di semua lini serius. Tentu saja warga pun tak boleh lelah mengkritik dan mendorong terjadinya perubahan baik itu. (NELI TRIANA/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO)
----------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di Harian Kompas edisi Senin, 30 Maret 2015, dengan judul "Jalan Tak Berujung untuk Meramu Satu Jabodetabek"
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.