JAKARTA, KOMPAS.com - Paal Merah, kini Palmerah, menyimpan cerita di balik hadirnya stasiun yang kini berusia 100 tahun lebih. Saat itu, Stasiun dibangun untuk mengakomodir warga pusat Kota Batavia, kini Jakarta, yang hendak menuju Palmerah. Sampai sekarang, Stasiun Palmerah masih menjadi primadona sebagian warga, baik dari Jakarta maupun warga kota sekitar Jakarta untuk menuju ke beberapa tempat kerja yang berada di kitaran stasiun.
Selain para pekerja kantoran, juga terdapat warga yang hendak ke luar provinsi, salah satunya Rangkas Bitung, Banten, dengan menggunakan kereta ekonomi. Kini tak ada duanya dengan dulu Stasiun Palmerah pertama kali berdiri.
Kendati demikian, pemerintah nampaknya sadar betul bahwa stasiun ini sudah tak lagi sanggup melayani penumpang yang kian hari kian bertambah. Menjawab kegelisahan dengan semakin sesaknya Stasiun Palmerah oleh penumpang, pemerintah lewat Dirjen Perkeretaapian Indonesia di bawah Kementerian Perhubungan Indonesia berinisiatif merenovasi stasiun yang pertama kali dioperasikan pada periode 1899 - 1900 silam.
“Pengguna kereta api kan banyak banget. Mungkin butuh tempat yang lebih luas. Antriannya juga panjang,” kata salah satu pengawas renovasi Stasiun Palmerah dari Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Lina kepada Kompas.com, Senin (6/4/2015).
Selain itu, ramainya penumpang juga kerap kali membuat stasiun ini rawan akan kecelakaan. Pasalnya, tak sedikit penumpang yang melompat dari peron dan menyebrang ke peron lainnya hanya untuk lebih dulu keluar tanpa antri.
“Nah apalagi kereta tiap 10 menit datang. Tuh liat aja pada lompat. Ngeri banget, kan. Makanya kita kalau hanya pakai satu passenger crossing gak mungkin,” kata Lina.
Kendati demikian, kata Lina, hal lainnya yang perlu disisipkan menjadi alasan renovasi stasiun yang letaknya tak jauh dari Gedung Parlemen ini, karena usianya yang sudah tua dan perlu banyak perbaikan. Sehingga, kata Lina, Dirjen Perkeretaapian dirasa perlu ikut andil dalam pembenahan stasiun yang dianggap strategis, namun masih kurang pelayanannya.
Pintu masuk
Dari jauh Stasiun Palmerah sudah terlihat terdapat dua jembatan penyebrangan orang (JPO) yang terhubung dari sisi kanan dan kiri stasiun. Dua jembatan tersebut sengaja disediakan sebagai bagian dari peningkatan keselamatan.
“Ini biar pada gak lewat bawah lagi. Kan bahaya kalau nyebrang di bawah, semua lewat atas,” kata Lina.
Dengan begitu, kata Lina, pintu masuk semua akan dikonsentrasikan ke atas. Penumpang tidak bisa lagi masuk dari pintu bawah, sebab pintu bawah akan di tutup. Sementara itu, khusus penyandang cacat penumpang yang tak kuat untuk menaiki tangga, disediakan pintu di bawah yang berada dekat ekskalator. Sehingga para penumpang tak perlu repot untuk menaiki tangga.
Pintu masuk yang berada di kanan dan kiri Stasiun Palmerah kemungkinan akan diperluas. Sehingga penumpang tak perlu mengantri untuk masuk ke dalam Stasiun.
“Kalau sekarang kan gate-nya masih ada delapan (masing-masing 4 kanan kiri), tapi nanti kemungkinan bisa ditambahkan sesuai kebutuhan,” tegas Lina.
Keselamatan penumpang
Dirjen Perkeretaapian nampaknya serius dalam membenahi Stasiun Palmerah. Terutama dalam peningkatan keselamatan yang diberikan kepada penumpang. Bisa dilihat, renovasi yang pertama kali dicanangkan di Stasiun Palmerah, yakni adanya lantai dua sebagai tempat untuk berpindah peron. Nantinya, passenger crossing yang berada di bawah akan dinon-aktifkan, dan peron hanya diperuntukkan sebagai tempat menunggu kereta.
“Kita buat lantai dua supaya pada lewat atas. Enggak ada lagi yang lompat-lompat dari peron,” kata Lina.
Fasilitas yang disediakan untuk mencapai lantai dua juga terbilang cukup lengkap. Setidaknya ada dua tangga biasa yang terpasang di sisi kanan kiri dalam stasiun. “Kalau masih muda-muda naik tangga lah ya,” kata Lina.
Sedangkan empat tangga jalan, masing-masing dua untuk naik dan turun, berada di arah selatan Stasiun Palmerah. Kedua eskalator ini diperuntukkan bagi orang yang sudah agak renta dan membawa barang-barang banyak.
“Kalau yang udah agak renta bisa naik tangga jalan,” ucap Lina.
Selain itu, fasilitas lainya, yakni lift. Dua lift sudah terpasang tepat berada di depan tangga jalan. Nantinya, lift ini khusus diperuntukkan bagi penumpang yang sudah renta dan tak kuat lagi naik turun. Fasilitas pendukung Tepat di lantai dua, nantinya penumpang yang cukup banyak akan lalu lalang. Untuk memberikan kenyamanan, pihak Dirjen Perkeretaapian setidaknya membuat toilet khusus perempuan dan laki-laki. Masing-masing, kata Lina, terdiri dari 12 kamar kecil.
“Khusus penyandang cacat juga disediakan toilet sendiri,” ujar Lina.
Selain itu, pendukung lainnya juga disiapkan, yakni musholla. Tak tanggung-tanggung, dua musholla yang berada di kanan dan kiri lantai dua sudah disiapkan untuk penumpang yang hendak menunaikan ibadah shalat.
Lina menambahkan pihaknya membuat ruang khusus untuk ibu menyusui. Hal ini didorong agar bisa memudahkan para ibu yang membawa bayi bisa memberikan ASI lebih khusus dan tidak di tempat umum. Atap yang melengkung, kata Lina, merupakan bagian untuk menghindari penumpang agar tidak kehujanan dan kepanasan saat menunggu di Stasiun Palmerah. Selain itu, nantinya akan menjadi ciri khas bagi Stasiun Palmerah itu sendiri.
"Ini jadi ciri khas Stasiun Palmerah. Stasiun lainnya juga gitu kok. Beda-beda," ucap Lina.
Perawatan
Bagi Lina, merenovasi Stasiun Palmerah merupakan bagian yang penting untuk penunjang kenyamanan dan keselamatan penumpang. Kendati demikian perlu ada perawatan yang sebanding agar fasilitas tak cepat rusak.
“Biasanya yang kurang itu dari perawatannya,” kata Lina.
Lina menambahkan, pihaknya merupakan regulator. Sementara itu PT KAI merupakan operator. Sehingga yang bertanggungjawab terhadap perawatan yakni PT KAI sebagai operator.
Lina menuturkan perawatan harus dilakukan minimal satu bulan sekali. Namun, kerap kali perawatan tidak dilakukan dengan baik. Sehingga seringkali terjadi kerusakan di beberapa fasilitas begitu cepat.
Untuk Stasiun Palmerah, Lina berharap PT KAI sebagai operator harus serius dalam merawat Stasiun Palmerah. Sebab renovasi ini, kata Lina, diperuntukkan bagi masyarakat bukan hanya sekadar gaya-gayaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.