Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Kenyamanan Siswa, Polisi Kenakan Baju Sipil saat Jaga UN

Kompas.com - 12/04/2015, 01:03 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pria berusia 55 tahun, duduk di salah satu kursi di aula SMKN 26, Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (11/4/2015). Sesekali ia mengamati panitia pendistribusian naskah soal Ujian Nasional yang sedang bekerja di ruangan tersebut.

Hanya senyum yang dilemparkan sebelum Kompas.com menghampirinya. "Nama saya Mulyono," ujar Panit Intel Polsek Pulo Gadung itu seraya menyodorkan tangannya.

Mulyono tidak mengenakan seragamnya, coklat tua, seperti polisi umumnya. Namun bukan berarti dia sedang lepas dinas (LD). "Ini pakaian preman," kata dia seraya tertawa.

Namun, pakaian preman yang dimaksudnya tidak menggambarkan dia bagai sosok preman yang menakutkan. Saat ditemui, ayah dua anak itu hanya mengenakan baju koko berpadu celana bahan, tanpa mengenakan peci atau tutup kepala lainnya.

Soal seragam sipil yang dikenakannya, Mulyono mengaku itu merupakan permintaan langsung dari Dinas Pendidikan (Disdik) kepada pihak kepolisian.

Dengan seragam tersebut, lanjutnya, diharapkan dapat memberi ketenangan kepada pelajar yang mengikuti UN. "Biar peserta ujiannya bisa tenang, jadi bisa konsentrasi," kata dia.

Polisi yang telah mengabdi selama 30 tahun itu bahkan sudah berkali-kali ditugaskan untuk pengamanan (PAM) UN.

Mulyono mengaku, jika permintaan mengenakan pakaian sipil baru dilakoninya tahun ini. "Tahun lalu saya PAM UN juga. Tetapi masih pakai seragam," ujarnya.

Dengan tampilannya yang tidak mengenakan seragam, Mulyono sempat dikira guru. Ketika hendak difoto, polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) itu menolak secara halus.

"Saya intel mas. Makanya enggak boleh difoto, nanti ketahuan," tolaknya sopan.

Mulyono mengaku kedatangannya ke SMKN 26 Rawamangun, tidak sendirian. Sesuai perintah Kapolsek Pulo Gadung, setiap rayon sudah diinstruksikan agar dijaga oleh dua orang polisi.

Di SMKN 26, Mulyono dan rekannya ditugaskan untuk menjaga keamanan selama UN berlangsung. Mulai dari proses pendistribusian naskah, saat pelaksanaan hingga ujian berakhir16 April 2015 mendatang.

Pria asal Purworejo itu juga mengaku jika tugasnya dalam pengamanan UN, hanya sebatas mengawasi.

Sehingga, saat gudang tempat menyimpan naskah digembok, kunci gembok tidak dipegang pihak kepolisian. Melainkan dipegang langsung oleh kepala sekolah yang bersangkutan.

"Kita hanya mengawasi saja. Kunci gembok kepala sekolah yang pegang," ujarnya.

Selama bertugas mengamankan UN, petugas tidak akan diganti sejak awal hingga akhir ujian, Senin-Kamis, 13-16 April 2015. Sebab, dua petugas yang mengamankan UN wajib berada di wilayah sekolah sekaligus rayon yang diinstruksikan untuk dijaga.

"Paling gantian saja kalu ada yang mau istirahat, makan atau mandi. Tidur juga paling di mobil dinas. Pulangnya nanti, Kamis, setelah (UN) selesai," ujarnya.

Kadis Pendidikan DKI, Arie Budhiman membenarkan permintaan pengamanan itu. Menurut dia, hal tersebut dapat berdampak secara psikologis pada peserta UN. Namun, Arie menampik jika hal tersebut dikatakan sebagai kebijakan Disdik.

Cara itu ditempuh untuk menghadirkan 'suasana yang sejuk' pada saat pelaksanaan UN. Meski tidak berinteraksi langsung terhadap peserta UN, namun keberadaan polisi yang bertugas mengamankan naskah kerap mencuri perhatian para peserta ujian.

Khususnya saat naskah berada dalam gudang penyimpanan. Namun, proses sterilisasi pendistribusian naskah soal UN telah berlangsung sejak dikirimkan dari pihak pemenang tender asal Surabaya, Jawa Timur ke lima lokasi transit di Ibu Kota.

SMKN 26 Rawamangun termasuk salah satu dari lima lokasi transit pendistribusian naskah soal UN. Kadis Pendidikan DKI Arie Budhiman juga telah melepas pendistribusian naskah itu dari SMKN 26 Rawamangun ke tujuh rayon yang ada di wilayah tersebut.

Setelah tiba, naskah tersebut akan diinapkan di gudang masing-masing rayon dengan pengamanan aparat kepolisian.

Pengamanan pun akan terus berlangsung sebelum dan sesudah naskah dibagikan ke 121.457 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, dari 1.159 sekolah yang ada di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com