Menurut Selamat, mencegah praktik prostitusi online dengan cara memblokir akun-akun penyedia layanan tersebut tidak akan berarti, apabila masyarakat yang ada di sekitar dilakukannya praktik prostitusi online bersikap acuh.
"Teknologi bisa menembus ke mana-mana ya. Tidak cuma lewat media sosial, tetapi bisa juga lewat WhatsApp atau SMS. Yang dibutuhkan awareness dari masyarakatnya sendiri. Jadi tidak bisa hanya dari satu pihak," kata Selamat, Kamis (16/4/2015).
Karena itu, Selamat menilai dibutuhkan kerja sama semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, agar praktik prostitusi online tidak menjamur.
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menumbuhkan kepedulian antar sesama warga. "Penanggulangannya bukan cuma di teknologi, tetapi juga masyarakatnya. Perlu ada kepedulian dari RT/RW-nya juga, dan pengelola tempat kos. Karena yang seperti ini kan menyangkut moralitas masyarakat. Jadi masyarakat sendiri yang harus berperan," ujar Selamat.
Sebagai informasi, rumah kos yang berada di kawasan Jalan Tebet Utara 1, Tebet, Jakarta Selatan menjadi sorotan dalam beberapa hari terakhir. Sebab, rumah kos tersebut ditengarai dijadikan tempat dilakukannya praktik prostitusi online.
Hal itu menyusul terjadinya pembunuhan terhadap Deudeuh Alfi Syahrin (26), di kamar kosnya, di Tebet, Jumat (10/4/2015).
Dalam perkembangannya, Deudeh diketahui dibunuh oleh pelanggannya. Dalam menjaring pelanggan, Deudeuh menggunakan sarana media sosial Twitter. Dari situlah ia menjaring para lelaki hidung belang agar bersedia datang dan melakukan transaksi di kosnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.