Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kini Mereka Saling Tunjuk Terkait Proyek UPS

Kompas.com - 30/04/2015, 09:13 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Siapa pihak yang bertanggung jawab dalam pengusulan pengadaan uninterruptible power supply (UPS) pada tahun 2014 belum jelas. Sampai saat ini, sejumlah pihak yang terkait, baik pejabat legislatif, eksekutif, maupun pihak sekolah, tampak saling lempar tanggung jawab.

Sekretaris Komisi E DPRD DKI Jakarta Fahmi Zulfikar Hasibuan membantah lembaganya sebagai pihak yang mengusulkan pengadaan alat yang berfungsi untuk penyedia daya listrik cadangan itu. Fahmi yang saat ini berstatus saksi dari kasus dugaan korupsi UPS mengatakan, pengadaan alat tersebut merupakan usulan dari sekolah yang membutuhkan.

"Bukan (DPRD DKI yang mengusulkan), tetapi itu usulan dari sekolah. Kami (DPRD) yang mengakomodasi," ujar dia seusai diperiksa penyidik Bareskrim Polri di Mabes Polri, Rabu (29/4/2015).

Pernyataan Fahmi ini sebenarnya bertolak belakang dari pengakuan sekolah-sekolah yang menerima UPS. Beberapa waktu lalu, sejumlah pihak sekolah secara tegas menyatakan tidak pernah mengusulkan pengadaan alat yang diduga dibeli dengan harga tidak wajar itu.

Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 78 Nur Isna Mulyati mengatakan, pihaknya tidak pernah mengajukan permohonan untuk pengadaan UPS. Ia menjelaskan, UPS datang pada November 2014 lalu. Kedatangan UPS pun tidak pernah diminta pihak sekolah. Pihak sekolah hanya menerima alat tersebut dan menganggapnya sebagai barang bantuan.

"Pihak sekolah tidak pernah meminta dan mengajukan pengadaan UPS ke Suku Dinas Pendidikan," kata Isna saat ditemui, Jumat (27/2/2015).

Senada dengan Nur, Kepala Sekolah SMA Negeri 16 Cedarkurnia mengatakan, UPS tiba-tiba diantar ke sekolah sekitar November 2014. Padahal, ia menilai keberadaan UPS di sekolahnya belum begitu penting. Sebab, sebelum menerima alat tersebut, kegiatan belajar mengajar di SMAN 16 tetap berjalan dengan baik. Menurut Cedarkurnia, saat itu pihak sekolah dilarang bertanya terkait pengadaan alat tersebut.

"UPS enggak terlalu urgent banget sih kalau di sini. Kemarin sebelum ada UPS, kegiatan di sekolah juga masih bisa berjalan. Lebih baik (anggaran) buat perbaikan sekolah," kata Cedarkurnia saat ditemui di ruang kerjanya.

Lulung sebut nama Alex Usman

Saat memberikan keterangan pers sehari setelah penggeledahan ruang kerjanya, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana alias Lulung menyebut pengadaan UPS berasal dari pihak eksekutif. Adapun orang ia sebut berperan sebagai pengusul adalah mantan Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat Alex Usman.

Saat ini, Alex sudah berstatus tersangka. Selain dia, tersangka lainnya adalah mantan Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Pusat Zaenal Soelaiman.

"UPS itu adalah usulan dari Pemerintah Daerah, yakni dari Pak Alex Usman pengusulnya. Dia mengusulkan kepada komisi," ujar Lulung di Gedung DPRD DKI, Selasa (28/4/2015).

Lulung merupakan unsur pimpinan DPRD DKI yang menjadi koordinator Komisi E saat berlangsungnya proyek yang menghabiskan dana Rp 330 miliar itu. Dinas Pendidikan mengaku tidak tahu.

Kepala Dinas Pendidikan saat berlangsungnya proyek pengadaan UPS, Lasro Marbun, menegaskan tidak pernah menyetujui pengadaan alat tersebut. Sebab, dia mengaku saat itu Suku Dinas Pendidikan Menengah di Jakarta Pusat dan Jakarta Barat sama sekali tidak pernah berkoordinasi dengan dirinya.

"Tidak ada. Saya tidak pernah mendapat laporan tertulis. Tidak cuma saya, tetapi juga sekretaris, wakil kepala dinas, dan kepala bidang sarana dan prasarana juga tidak pernah menerima paparan mengenai pengadaan UPS," kata dia kepada Kompas.com, Rabu (4/3/2015).

Menurut Lasro, saat ia masih menjadi Kepala Dinas Pendidikan, para kepala suku dinas yang ada di wilayah memang secara rutin menyampaikan laporan kepada dirinya. Namun, laporan yang disampaikan adalah laporan umum tentang pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh jajaran aparat Dinas Pendidikan di wilayah. Selain itu, menurut Lasro, pada laporan tersebut, ia mengaku sama sekali tidak pernah mendapat pemaparan mengenai pengadaan UPS.

"Yang dilaporkan hanya laporan rutin mingguan setiap Selasa. Laporannya tentang pengendalian secara umum. Bagaimana pengerjaan secara fisik di Sudin, di UPT, apakah berjalan secara normal atau tidak. Sudah sampai mana. Tidak pernah ada persetujuan. Persetujuan mana? Persetujuan lisan atau tulisan? Itu tidak ada. Dipaparkan pun tidak pernah," ujar Lasro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Larang Bisnis 'Numpang' KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Larang Bisnis "Numpang" KK Dalam Pendaftaran PPDB, Disdik DKI: Kalau Ada, Laporkan!

Megapolitan
Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA : Edukasi Anak Sejak Dini Cara Minta Tolong

Anak-anak Rawan Jadi Korban Kekerasan Seksual, Komnas PA : Edukasi Anak Sejak Dini Cara Minta Tolong

Megapolitan
Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Ditipu Oknum Polisi, Petani di Subang Bayar Rp 598 Juta agar Anaknya Jadi Polwan

Megapolitan
Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Polisi Periksa Selebgram Zoe Levana Terkait Terobos Jalur Transjakarta

Megapolitan
Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Polisi Temukan Markas Gangster yang Bacok Remaja di Depok

Megapolitan
Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Polisi Periksa General Affair Indonesia Flying Club Terkait Pesawat Jatuh di Tangsel

Megapolitan
Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Progres Revitalisasi Pasar Jambu Dua Mencapai 90 Persen, Bisa Difungsikan 2 Bulan Lagi

Megapolitan
Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Pemerkosa Remaja di Tangsel Mundur dari Staf Kelurahan, Camat: Dia Kena Sanksi Sosial

Megapolitan
Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Tersangka Pembacokan di Cimanggis Depok Pernah Ditahan atas Kepemilikan Sajam

Megapolitan
Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Kasus DBD 2024 di Tangsel Mencapai 461, Dinkes Pastikan Tak Ada Kematian

Megapolitan
Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di 'Busway', Polisi Masih Selidiki

Selebgram Zoe Levana Terobos dan Terjebak di "Busway", Polisi Masih Selidiki

Megapolitan
Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Terobos Busway lalu Terjebak, Selebgram Zoe Levana Bakal Diperiksa

Megapolitan
Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Sulitnya Ungkap Identitas Penusuk Noven di Bogor, Polisi: Pelaku di Bawah Umur, Belum Rekam E-KTP

Megapolitan
Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Sendi Sespri Iriana Diminta Jokowi Tingkatkan Popularitas dan Elektabilitas untuk Maju Pilkada Bogor

Megapolitan
Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Terlibat Jaringan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass, 6 WNI Ditangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com