Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua SMPN 8 Depok Keluhkan Pungutan Rp 1,5 Juta untuk Perpisahan

Kompas.com - 06/05/2015, 14:05 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Orangtua murid kelas IX SMP Negeri 8 Depok di Jawa Barat mengeluhkan pungutan uang Rp 1,5 juta dari pihak sekolah dengan alasan sumbangan siswa. Para orangtua menyatakan keberatan karena menilai jumlah tersebut terlampau besar.

Awal mula pungutan ini terjadi ketika pihak sekolah mengumpulkan orangtua pada 8 November 2014 lalu. Sekolah lalu mengumumkan mengenai dana sebesar Rp 1,5 juta yang akan dibebankan kepada tiap siswa kelas IX. Dana itu antara lain untuk sumbangan bagi kegiatan perpisahan sekolah.

Besarnya pungutan ini langsung mendapat respons keberatan dari pihak orangtua. Salah satunya, orangtua murid siswa kelas IX berinisial V. Ia merasa jumlah uang perpisahan itu nilainya terlalu besar.

"Jadi pada saat itu memang banyak orangtua, khusus di kelas anak saya, itu yang merasa keberatan. Buat apa uang sebanyak itu?" kata V kepada Kompas.com, Rabu (6/5/2015).

V mengaku sempat mengonfirmasi hal ini kepada kepala sekolah dan pihak komite sekolah. Ketika itu kepala sekolah menjawab bahwa pungutan sebesar itu diperlukan karena dana BOS tak cukup untuk membantu untuk kegiatan perpisahan.

"Pas ke komite sekolah, bilang ini memang komite yang bikin, sekolah tidak sangkut paut," ujar V.

Menurut V, orangtua tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka diminta mencicil lima kali. Sampai saat ini cicilan itu masih berlangsung.

V merasa kecewa dengan pungutan itu, apalagi karena tidak ada transparansi. "Kalau memang bayaran untuk perpisahan buku tahunan yang jelas, jangan asal bikin angka saja. Tolonglah bikin perincian yang benar," ujar V.

V mengaku baru mempermasalahkan masalah ini sekarang setelah mendapat rincian anggaran kegiatannya baru-baru ini. Dalam edaran, rincian anggaran kegiatan berisi 18 poin yang menurut dia tidak wajar. Salah satunya adalah anggaran untuk pembuatan album dan buku tahunan, yang mencapai Rp 115 juta.

Orangtua juga ternyata dibebani biaya untuk membayar try out yang totalnya puluhan juta rupiah. Yang lebih aneh, ada dana sebesar Rp 16 juta untuk pembayaran transportasi pegawai UN keluar-masuk. "Seharusnya transpor itu kan dibayar pemerintah ya," ujar V.

Menurut V, sebagian orangtua sudah membayar, termasuk dirinya yang sudah menyetor Rp 500.000. V menyatakan, dirinya tidak akan membayar lagi sampai ada kejelasan mengenai hal ini.

Dari info yang dia dapat, jumlah pungutan di SMP Negeri 8 ini termasuk yang terbesar untuk kegiatan perpisahan sekolah. Apalagi, menurut V, hal ini tidak terjadi di sekolah itu pada tahun sebelumnya.

"Saya cari info, tahun-tahun sebelumnya enggak ada. Baru tahun ini. Mungkin karena kepala sekolahnya baru," ujar V.

Nilai pungutan ini memang terbilang fantastis. Apalagi, siswa kelas IX di SMP Negeri 8 mencapai ratusan orang. V mengatakan, SMP Negeri 8 memiliki 10 kelas untuk kelas IX. Jika diasumsikan terdapat 36-40 orang siswa tiap kelasnya, jumlah uang perpisahan bila disetor seluruh siswa bisa mencapai setengah miliaran rupiah.

Namun, Kompas.com belum berhasil meminta konfirmasi dari Kepala SMPN 8 Depok, Tatang. Ketika didatangi di sekolah, penjaga sekolah, Tatang, sedang menerima tamu. "Tadi saya sudah tanya,' Gimana Pak mau disuruh tunggu apa gimana? Katanya besok saja datang lagi," kata penjaga sekolah tersebut kepada Kompas.com.

Kompas.com sudah menyampaikan hendak mengonfirmasi soal kasus pungutan uang perpisahan dari sekolah kepada murid. Namun, penjaga sekolah bersikukuh Tatang meminta untuk ditemui besok. "Besok saja datang lagi," ujarnya.

Tatang juga tak menjawab jelas saat dihubungi via sambungan telpon. "Siapa ini? Oh salah sambung," ujar suara di balik telepon.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Megapolitan
Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Megapolitan
Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi 'Online'

Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi "Online"

Megapolitan
182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

Megapolitan
Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Megapolitan
Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Megapolitan
Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan 'Online'

Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan "Online"

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Megapolitan
'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan 'Maling'

"Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan "Maling"

Megapolitan
Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com