Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan Taman Rp 1,6 Miliar Mangkrak, Jadi Area Parkir Mobil

Kompas.com - 18/05/2015, 14:22 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Taman Harapan Mulia, Kemayoran, Jakarta Pusat baru dilaksanakan hanya sebagian kecil. Akibatnya, sebagian besar lahan kosong tak terururus disalahgunakan oleh warga setempat.

Pantauan Kompas.com, pembangunan taman hanya di sisi kanan lahan. Dalam taman tersebut hanya dibangun jalan setapak dan beberapa tanaman.

Sekeliling taman dipagar setinggi 1,5 meter. Mirisnya, meskipun sudah dipagar, masih banyak mobil yang masuk ke dalam taman dan bangunan liar yang berdiri di sudut-sudut taman.

Saat itu ada sekitar 10 mobil yang masuk dalam taman. Mobil tersebut mendominasi di pinggir dekat pagar taman. "Enggak mungkin di tengah, soalnya ada gundukan tanah yang tinggi," kata Juki, warga setempat saat dikonfirmasi, Senin (18/5/2015).

Bangunan liar di sana, kata Juki, merupakan milik bosnya. Ia tak menampik jika harus berkoordinasi dengan pihak kelurahan terkait bangunan tersebut.

"Kalau biaya itu urusan bos saya. Tetapi yang jelas ada," kata Juki. Selama ini Juki mengetahui bahwa akan ada pembangunan taman di sana. Namun, ia menyebut banyak warga yang sengaja memanfaatkan lahan kosong tersebut untuk parkir mobil.

Dari informasi yang diperoleh, mobil-mobil tersebut tidak parkir dengan gratis. Mereka harus membayar ke salah satu warga yang biasa mengurus parkir di Taman Harapan Mulia.

"Mungkin bayar supaya aman kali ya. Kan banyak tuh yang maling mobil di tempat parkir," kata Juki.

Kompas.com berusaha mencari seseorang yang biasa mengurus parkir di tempat tersebut. Akhirnya orang tersebut dapat ditemui tepat berada di sisi kiri Taman Harapan Mulia dekat parkiran mobil.

"Di sini per bulannya Rp 300.000," kata An (bukan nama sebenarnya) saat ditanya soal biaya parkir.

Sebelum ada pembangunan pagar pada akhir 2014 lalu, dia mengaku mobil yang terparkir berjumlah 70 unit. Namun sekarang berkurang menjadi sekitar 20 mobil.

Saat ditanya mengenai aliran uang tersebut, An tidak bisa menjelaskan dengan baik. Namun ia membantah jika sebagian uang tersebut mengalir ke kas Kelurahan Harapan Mulia.

"Enggak berani juga kalau ke sana, nanti ditangkap KPK," kata An. Kendati demikian, ia tak menampik jika pihak kelurahan datang, warga biasanya akan menggunakan uang tersebut untuk menyuguhkan makanan dan minuman.

Hal ini dilakukan untuk mengamankan praktik pungutan liar tersebut. "Paling buat ngopi sama makan saja kalau orang kelurahan datang," kata An.

An juga mengetahui fungsi dari taman tersebut. Namun, karena saat ini pembangunan belum dilakukan, An masih memanfaatkan taman tersebut untuk bisnisnya.

"Kalau sudah dibangun saya nanti pindahin semua. Cuma kan sekarang belum dibangun," kata An.

Penjelasan Lurah

Lurah Harapan Mulia Sudarmadi membantah menerima pungutan liar di Taman Harapan Mulia. Kendati demikian, ia mengetahui soal parkir dan bangunan liar yang berada di sana.

"Saya masuk ke sini (2013) itu sudah ada. Cuma saya sama sekali enggak terima uangnya," kata Sudarmadi saat ditemui di kantornya.

Saat masa pembangunan taman, Sudarmadi mengatakan sudah mengeluarkan surat edaran yang tujuannya mengimbau untuk tidak parkir mobil di taman lagi. Ia pun menyebut para warga sudah setuju.

"Dulu kan ada 70 mobil, sekarang tinggal lima mobil. Mereka bilang, Pak Lurah enggak usah turun, kita bakal keluar sendiri kalau taman ini mau dibangun semua," kata Sudarmadi.

Sayangnya, pagar taman tersebut tidak dipasang secara menyeluruh. Masih ada celah kosong yang akhirnya digunakan warga untuk mobil masuk dan parkir di dalam taman yang dibangun dengan biaya Rp 1,6 miliar itu.

"Saya heran dana Rp 1,6 miliar kok bikin pagarnya enggak semuanya ditutup. Jadi pada bisa masuk lagi," ucap Sudarmadi.

Dia berharap permasalahan ini bisa diselesaikan oleh Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman Jakarta Pusat. Salah satunya dengan menambah pagar lagi sehingga tidak ada mobil lagi yang bisa masuk ke dalam taman.

"Kalau dibiarkan gitu siapa yang mau jagain. Seharusnya dipasang pagar mati biar enggak ada mobil masuk lagi," ucap Sudarmadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Kantongi 7 Nama Kader Internal untuk Pilkada Tangsel, Tak Ada Komika Marshel Widianto

Gerindra Kantongi 7 Nama Kader Internal untuk Pilkada Tangsel, Tak Ada Komika Marshel Widianto

Megapolitan
Kaesang Dinilai Tak Cocok Jadi Cawalkot Bekasi karena Tak Lahir dan Besar di Bekasi

Kaesang Dinilai Tak Cocok Jadi Cawalkot Bekasi karena Tak Lahir dan Besar di Bekasi

Megapolitan
Gerindra Pastikan Bakal Usung Kader Internal pada Pilkada Tangsel 2024

Gerindra Pastikan Bakal Usung Kader Internal pada Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Diisukan Maju Cawalkot Bekasi, Kaesang Disebut Butuh Panggung Politik buat Dongkrak Popularitas

Diisukan Maju Cawalkot Bekasi, Kaesang Disebut Butuh Panggung Politik buat Dongkrak Popularitas

Megapolitan
Zoe Levana Terjebak 4 Jam di Jalur Transjakarta, Bisa Keluar Setelah Bus Penuh Penumpang lalu Jalan

Zoe Levana Terjebak 4 Jam di Jalur Transjakarta, Bisa Keluar Setelah Bus Penuh Penumpang lalu Jalan

Megapolitan
Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Cibubur Garden Eat & Play: Harga Tiket Masuk, Wahana dan Jam Operasional Terbaru

Megapolitan
Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Fakta-fakta Komplotan Begal Casis Polri di Jakbar: Punya Peran Berbeda, Ada yang Bolak-balik Dipenjara

Megapolitan
Kecelakaan Beruntun di 'Flyover' Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Kecelakaan Beruntun di "Flyover" Summarecon Bekasi, Polisi Pastikan Tak Ada Korban Jiwa

Megapolitan
Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Kekerasan Seksual yang Terulang di Keluarga dan Bayang-bayang Intimidasi

Megapolitan
Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Kapolres Tangsel Ingatkan Warga Jaga Keamanan, Singgung Maraknya Curanmor dan Tawuran

Megapolitan
Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Komika Marshel Widianto Jadi Kandidat Gerindra untuk Pilkada Tangsel 2024

Megapolitan
Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Babak Baru Konflik Kampung Bayam: Ketua Tani Dibebaskan, Warga Angkat Kaki dari Rusun

Megapolitan
Pengakuan Zoe Levana soal Video 'Tersangkut' di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Pengakuan Zoe Levana soal Video "Tersangkut" di Jalur Transjakarta, Berujung Denda Rp 500.000

Megapolitan
Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Libur Panjang Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 23-24 Mei 2024

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 23 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com