Menurut Arist, ini menunjukan bahwa sekolah di ibu kota masih tak aman bagi anak. Sebelumnya, kasus serupa juga terjadi di sekolah bertaraf internasional.
"Kita bisa bayangkan hebohnya kasus pencabulan di sekolah internasional, dan lainnya masih terjadi, makanya perlu ada evaluasi," ujar Arist.
Arist melanjutkan, korbannya adalah para siswa kelas III SD tersebut (meralat sebelumnya ditulis kelas V). Guru J diketahui meraba tubuh korbannya. Namun, ia tak menjabarkan rinci dengan alasan tak etis. Para korban tak dapat berbuat banyak karena pelaku melancarkan aksinya dengan intimidasi dan iming-iming dan berbagai modus lainnya.
"Ada yang diantar, dikasih uang Rp 10.000, bujuk rayu, tipu muslihat dan ancaman serta intimidasi agar tidak melapor ke orangtua," ujar Arist.