"Hasil pemeriksaan negatif MERS. Diagnosis terakhir, pasien mengidap penyakit campak biasa," ujar Dirut RSPI SS, dr Fatmawati MPH, Kamis (25/6/2015).
Menurut Fatmawati, pihaknya telah melakukan tindakan sesuai dengan prosedur. Sejak pertama kali dirawat, Senin (22/6/2015) lalu, pasien tersebut sudah diberikan perawatan dan pemeriksaan laboratorium.
"Pemeriksaan rutin dilakukan sebanyak tiga kali oleh perawat. Pemeriksaan selanjutnya dirujuk ke Litbangkes tiga kali secara berurutan, termasuk uji lab," ujarnya.
"Untuk proses pemeriksaan dibagi tiga bagian, pengecekan cairan liur, tenggorokan, dan sampel darah. Hasilnya negatif MERS," ucap Fatmawati.
Dengan begitu, M tidak perlu dikarantina. (Baca: Seorang Pasien "Suspect" MERS Dirawat di RSPI Sulianti Saroso)
Sebelumnya, bocah M mengalami demam sepulang dari Korea Selatan, 6 Juni lalu, hingga 38,9 derajat dan sakit tenggorokan. Pihak keluarga sempat menginkubasi M selama 14 hari di rumahnya. Namun, panas tinggi yang tak kunjung turun membuatnya terpaksa dirawat intensif di RSPI SS, Senin (22/6/2015) malam.
Secara global, hingga 20 Juni 2015, WHO melaporkan tercatat 1.334 kasus MERS-CoV, dengan 471 pasien di antaranya meninggal dunia.
Hingga kini, Indonesia baru melaporkan kasus-kasus yang dicurigai MERS-CoV di sejumlah daerah, tetapi belum satu pasien pun terbukti positif terkena MERS-CoV.
Kasus MERS-CoV pertama kali ditemukan di Timur Tengah pada April 2012. Sejak itu, virus ini dikenal mematikan dan mewabah di 26 negara, termasuk Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.