Pemenang sayembara desain tersebut akan diganjar hadiah berupa uang Rp 25.000 dan emas murni 75 gram. Dari 27 peserta yang mengajukan desain, dewan juri akhirnya memutuskan desain rancangan karya arsitek Frederich Silaban dengan judul "Ketuhanan" menjadi juara.
Meskipun memeluk agama Kristen, F Silaban banyak bertanya mengenai hal yang terkait dengan masjid, seperti kubah dan menara. Selama tiga bulan, F Silaban juga mempelajari tata cara dan aturan umat Muslim beribadah serta menelaah pustaka mengenai masjid-masjid besar di dunia.
Mulai dibangun pada 24 Agustus 1961, Masjid Istiqlal baru dapat diresmikan penggunaannya pada 22 Februari 1978 oleh Presiden Soeharto yang ditandai dengan pemasangan prasasti di area tangga pintu As-Salam. Total biaya pembangunan masjid ini Rp 7 miliar dan 12 juta dollar AS.
Tahan lama
Sebagai seorang arsitek, Presiden Soekarno juga telah memikirkan bagaimana keberlangsungan bangunan masjid Istiqlal. Itulah mengapa masjid tersebut tidak dibangun dengan unsur kayu, tetapi stainless, marmer, dan keramik.
"Kalau dibangun dengan kayu akan mudah lapuk karena dimakan rayap. Di sini juga tidak ada genteng karena khawatir mudah hancur. Ini menunjukkan betapa visonernya Presiden Soekarno," kata Subandi.
Agar tahan lama, bangunan Istiqlal didominasi marmer yang tampak di dinding, keramik di lantai, serta stainless yang tampak di kusen, tempat wudhu, dan langit-langit masjid.
Kubah Istiqlal terbuat dari baja buatan Jerman Barat seberat 86 ton dengan bagian luar dilapisi keramik. Istiqlal juga memiliki selasar yang panjang, halaman parkir yang luas, dan sentra kuliner.
Dengan berbagai fasilitas tersebut, Istiqlal tidak hanya menjadi oase bagi umat yang mencari kedamaian Tuhan, tetapi juga menjadi tujuan wisata. Menurut Subandi, Istiqlal dikunjungi setidaknya 10.000 warga per hari, baik yang beribadah maupun yang berwisata religi.
Selain pengunjung lokal, sekitar 100 turis asing per hari juga silih berganti datang ke masjid ini. "Masjid ini memiliki arsitektur yang menarik dan membuat kita sangat rileks," ujar Zeeshan (23), seorang wisatawan berkewarnegaraan Amerika Serikat turunan Pakistan, yang berkunjung pada Jumat siang.
Tidak hanya itu, Istiqlal yang dibangun bersanding dengan Gereja Katedral ini juga menjadi salah satu simbol kemajemukan bangsa. Keterbukaan dan toleransi yang diwarisi bapak bangsa menjadi napas bangunan monumental ini.
Sejak zaman Presiden Soeharto, rektor perguruan tinggi negeri diundang membawakan khotbah atau ceramah di mimbar Masjid Istiqlal. Misalnya, untuk momentum peringatan Nuzulul Quran, shalat Idul Fitri, shalat Idul Qurban. Tidak heran jika masjid ini menjadi salah satu barometer intelektualitas dan ketokohan cendekiawan Muslim Indonesia. (B08)
---------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 29 Juni 2015, dengan judul "Oase Syukur Kemerdekaan di Jantung Jakarta".