Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Tokyo Lebih Padat dari Jakarta, tetapi Masih Jadi Kota Layak Huni

Kompas.com - 22/07/2015, 07:08 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinilai perlu bekerja ekstra keras untuk meningkatkan standar minimum perkotaan agar kapasitasnya bisa setara dengan kota metropolitan kelas dunia.

Hal itu dikatakan pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, kepada Kompas.com, Selasa (21/7/2015). Menurut dia, dibandingkan kota-kota besar yang luasnya setara dengan Jakarta di negara lain, daya tampung Jakarta terbilang lebih rendah.

Menurut Joga, Jakarta seharusnya sudah melangkah jauh menjadi kota kelas dunia. Artinya standar pelayanan minimum Jakarta seharusnya bisa setara dengan Tokyo, London, New York, dan Paris.

“Kenapa? Kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk, Jakarta belum apa-apa. Pada jam sibuk jumlah penduduk Jakarta 12 juta jiwa, sedangkan Tokyo dan New York bisa sampai 21 juta jiwa. Jadi kalau dengan ukuran kota yang sama, jumlah penduduk mereka bisa dua kali lipat dan mereka bisa sukses dan berkembang,” kata Joga.

Joga tidak sependapat dengan Wakil Ketua DPRD Triwisaksana yang menyebut kepadatan penduduk DKI Jakarta jauh lebih tinggi dibanding Singapura dan Kuala Lumpur. [Baca: "Jakarta Sedang Kepayahan dalam Menampung Hidup 10 Juta Warganya"]

Sani, panggilan Triwisaksana mengatakan kepadatan penduduk Jakarta saat ini 20.000 jiwa per kilometer persegi, sementara Singapura dan Kuala Lumpur hanya 5.000 jiwa per kilometer persegi.

“Enggak apple to apple kalau dibandingkan dengan Singapura. Kita kalau mau, membandingkan dengan Tokyo, London, New York. Dengan kepadatan yang lebih tinggi, bahkan dua kali lipat Jakarta, nyatanya mereka bisa survive dan menjadi kota layak huni tingkat dunia,” ucap Joga.

Lebih lanjut dia mengatakan, di sinilah perlunya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan terobosan-terobosan agar kapasitas kotanya mampu kelas dunia.

“Contoh, Pemerintah DKI berani tidak mulai sekarang melarang pertumbuhan rumah horizontal? Jadi semua bangunan harus berani vertikal,” sambung Joga.

Dengan pembangunan hunian vertikal, artinya daya tampung lahan perkotaan semakin optimal.

Selain soal hunian, Pemprov DKI Jakarta dinilai juga harus meningkatkan jaringan transportasi massal serta infrastruktur jalan.

“Tidak ada jalan lain. Dalam RT/RW Jakarta sudah menjelaskan solusinya ada dua. Satu, mengembangkan kawasan terpadu. Kedua, mendorong permukiman 20 tahun ke depan menuju hunian vertikal,” terang Joga.

Jika pemerintah provinsi DKI Jakarta bisa konsisten dengan rencana tata ruang wilayah seperti itu, Joga yakin pendatang baru yang berduyun-duyun memasuki Jakarta tidak akan menjadi masalah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com