Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sirnanya Rasa Aman bagi Anak

Kompas.com - 12/10/2015, 15:09 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Ditetapkannya AD (39) alias Agus Pea sebagai tersangka pemerkosaan dan pembunuhan PNF (9) membuat terperangah warga Kampung Rawalele, Kelurahan Kalideres, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Mereka tak menyangka PNF tewas secara keji di tangan tetangganya sendiri.

Bahkan, pada saat tahlilan hari pertama, residivis kasus narkoba itu masih sempat hadir menyampaikan belasungkawa. "Malam Minggu, sehari setelah ditemukannya mayat PNF dalam kardus, AD datang ke rumah duka menanyakan keberadaan jenazah," ujar Ridwan (26), paman korban.

Kehadiran AD di rumah duka sebetulnya sempat membuat keluarga heran. Sebab, pria tersebut biasanya menutup diri dan jarang bersosialisasi.

PNF, gadis kecil yang masih duduk di kelas II SDN 005 Pagi Kalideres, hilang pada Jumat (2/10) sepulang dari sekolah yang berjarak hanya 300 meter dari rumahnya. Belakangan diketahui, ia diperkosa dan dibunuh oleh AD, tetangganya.

AD menghuni sebuah bedeng. Jaraknya hanya sekitar 200 meter dari rumah korban. Di bedeng yang terbuat dari tripleks dan bambu itulah AD menghabisi korban.

"Kami mana tahu kalau Agus itu biadab. Warga tahunya dia sudah tobat, sudah insaf setelah dua kali masuk penjara karena narkoba. Ternyata, kami semua terkecoh," ucap Susilowati (49), nenek PNF, Minggu.

Permukiman di Kampung Rawalele sangat padat. Dalam satu RT, setidaknya ada 125 keluarga. Di rumah korban, misalnya, yang berukuran 110 meter persegi, tinggal 21 orang terdiri atas lima keluarga.

Rumah antarwarga dihubungkan oleh jalan sempit selebar kurang dari 1 meter. Gang-gang sempit itu membentuk semacam labirin di kawasan itu.

Ketua RT 004 RW 007 Kelurahan Kalideres Dadang (43) mengungkapkan, sikap Agus yang temperamental membuat warga enggan berinteraksi dengannya.

Namun, anehnya, warga begitu permisif memberi ruang dekat pada anak-anak. Bahkan, Agus diberi ruang menjual jajanan di dekat sekolah PNF. Orangtua memang menghindari bergaul dengannya, tetapi anak-anak malah leluasa dibiarkan bermain di warungnya.

Di mata kriminolog Universitas Indonesia (UI), Mustofa, dan sosiolog UI, Thamrin Amal Tomagolaa, ketidakpedulian lingkungan sosial terhadap perlindungan anak mencerminkan minimnya kompetensi orangtua, warga, dan sekolah.

Ia menduga, dalam kasus AD, warga enggan mencampuri bahkan mengawasi AD. Sebab, AD adalah bagian dari komunitas warga. "Buat warga, AD bukan orang asing. Dia juga tidak mencuri atau merampok warga," ujar Thamrin.

Jika soal narkoba, lanjut Thamrin, warga cenderung "mencari aman" dengan bersikap tidak peduli.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pun angkat bicara. Ia mendorong vonis hukuman pengadilan bagi pelaku kekerasan seksual makin diperberat dengan tambahan hukuman berupa pemutusan saraf libido. Hal ini demi memutus rantai kekerasan seksual yang selama ini terus terjadi.

"Setiap korban kekerasan seksual akan menjadi predator baru yang nantinya akan melakukan kekerasan yang sama, tidak hanya pada anak-anak, tetapi juga pada binatang," ujarnya saat berkunjung ke Kota Magelang, Jawa Tengah, Sabtu lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com