Pendidikan seksual
Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Prof Mustofa; psikolog sosial UI, Prof Sarlito Wirawan; dan psikolog forensik Lia Latief Sutisna, yang dihubungi terpisah, membenarkan sosialisasi, pelatihan, dan proses pendampingan terkait usaha menekan kasus kejahatan terhadap anak di lingkungan masyarakat prasejahtera.
Jumlah korban terbanyak, terutama kejahatan seksual, justru berasal dari lingkungan keluarga prasejahtera.
Ketiga pakar sependapat, peran ibu dalam melakukan pendidikan seksual sejak usia dini kepada anak-anak mereka sangat menentukan kemampuan anak menghindari dan melindungi diri dari kejahatan seksual.
Sayangnya, kata Mustofa, kaum ibu pada masyarakat prasejahtera sangat tidak kompeten. Kondisi menjadi semakin buruk karena, kata Sarlito, para ibu masih dikepung tabu bicara seks.
"Anak yang bertanya spontan tentang seks bukan mendapat informasi yang tepat, justru dimarahi, bahkan dipukul karena dianggap brengsek, kurang ajar," ujar Sarlito.
Seharusnya, lanjut Lia, sejak usia empat tahun, seorang anak sudah mendapat pengetahuan dan pendidikan seks dari ibu. (DNA/MDN/WIN/RAY)
-------
Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi 29 Oktober 2015 dengan judul "Korban Dihantui Trauma".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.