Namun, terdapat berbagai perbedaan cukup signifikan yang membuat KRL di Jakarta masih tertinggal jauh dari KRL di Ibu Kota Negeri Sakura.
Perbedaan ini dirasakan Kompas.com yang terbiasa menggunakan KRL di Jakarta, mencoba sejumlah rute KRL di Tokyo pada pekan lalu.
1. Cepat dan tepat waktu
KRL di Tokyo tidak memiliki jam karet. Pukul sekian dijadwalkan, pukul itu pula kereta akan datang.
Jarak waktu antara datangnya satu KRL dengan KRL lain juga sangat singkat, paling lama hanya 3 menit.
Waktu datangnya kereta juga sangat transparan, ditampilkan di banyak sisi peron.
Misalnya saat Kompas.com hendak menempuh perjalanan dari Stasiun Akatsuka Mitsuke ke Stasiun Shibuya, hanya dibutuhkan waktu dua menit untuk menunggu kereta.
KRL datang tepat pada pukul 20.08 sesuai yang tertera di sebuah layar elektronik yang bisa dilihat jelas oleh para penumpang.
Meski saat itu kondisi stasiun sangat padat karena merupakan jam pulang kantor, jumlah penumpang kereta tidak membludak hingga harus berdesak-desakan.
Penumpang yang tak kebagian tempat duduk masih bisa berdiri dengan nyaman.
Bandingkan dengan kondisi KRL di Jakarta yang tidak memiliki jadwal kedatangan dan keberangkatan yang jelas.
Aplikasi KRL untuk menunjukkan jadwal datangnya kereta juga sering kali tak akurat.
Waktu tunggu antara datangnya satu kereta dengan kereta lain bisa mencapai 15 menit, bahkan bisa lebih jika sedang terjadi gangguan.
Akibatnya, kerap terjadi penumpukan penumpang di stasiun maupun di dalam kereta yang membuat penumpang harus berhimpit-himpitan di kereta.