Perbedaan pandangan ini lah yang melatarbelakangi keputusan Tri untuk mengundurkan diri dari jabatannnya. (Baca: Kuliah Singkat Ahok untuk Kepala Dinas Tata Air DKI yang Baru)
"Kalau pola pandangnya beda, ya sudahlah, buat apa lagi. Toh saya juga sudah waktunya (pensiun), ngapain lagi capek-capek," ujar Tri setelah mengikuti pelantikan Kepala Dinas Tata Air yang baru di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (3/12/2015).
Menurut Tri, Basuki cenderung menganggap penanggulangan banjir sebagai persoalan mudah. Padahal, kata Tri, banyak permasalahan di lapangan yang dihadapi Dinas Tata Air sehingga instansi yang pernah dipimpinnya itu kurang maksimal dalam menanggulangi banjir.
"Banyak hal yang menjadi kendala. Pak Ahok mungkin melihatnya simpel, tetapi kenyataan di lapangan enggak. Kalau sudah beda cara pandang memang diskusinya lain," ujar dia.
"Seolah-olah kita tidak menjalankan perintah, padahal banyak kendala lapangan," kata dia lagi. (Baca: Kadis Tata Air yang Baru Ingin Puaskan Ahok)
Tri kemudian mencontohkan permasalahan yang dialaminya selama hampir setengah tahun menjadi Kepala Dinas Tata Air.
Masalah pertama berkaitan dengan rencana pembangunan waduk di lahan kurang lebih 80 hektar di Kamal, Kalideres, Jakarta Barat.
Menurut Tri, lahan tersebut adalah jalur hijau sehingga akan melanggar undang-undang jika dibangun waduk.
"Jalur birunya hanya sepanjang jalan tol, ini kan tata Ruang. Kalau enggak, kita dianggap langgar Undang-undang, lho. Jadi kita tidak bisa bergerak," ucap Tri.
Masalah lainnnya terkait dengan pembangunan sodetan di Cengkareng Drain. "Sodetan di Cengkareng itu (rencanannya) dari zaman sebelum saya. Kemarin kita sudah mau ukur, ternyata trase-nya saja belum ada di Tata Ruang," tutur Tri.
Keluhan lainnya yang disampaikan Tri adalah penggunaan alat berat di Waduk Marunda. Menurut dia, penggunaan alat berat secara terus menerus tersebut tidak efektif.
Penggunaan alat berat dinilainya memperboros bahan bakar. "Misalnya kita harus buang airnya satu ember, tetapi pakai satu cangkir. Begitu cangkirnya penuh, ya sudah tidak ada fungsinya buat buang air," ujar dia.
Tri juga mengaku sempat memindahkan alat-alat tersebut ke lokasi lain dengan alasan efektivitas. (Baca: Kadis Tata Air Diganti, Apa Kabar Persiapan Musim Hujan di Jakarta? )
Salah satunya ke Waduk Ria Rio di Jakarta Timur. Menurut Tri, langkah yang dilakukannya ini membuahkan hasil yang baik.
"Jadi, skala prioritas. Jadi daripada ngeruk terus di situ, mending ngeruk di tempat lain," kata mantan Bupati Kepulauan Seribu ini.
Tri baru saja mengundurkan diri dari jabatannnya. Ia memutuskan untuk pensiun dini. (Baca: Kadis Tata Air: Kalau "Ngurusin" Bini Muda Nanti Dimarahi Istri...)
Adapun pejabat yang menggantikan posisinya adalah mantan Wakil Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi Teguh Hendarwan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.