Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih yang Bebas Korupsi dan Bekerja Nyata

Kompas.com - 07/12/2015, 15:40 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Warga Kota Tangerang Selatan dan Kota Depok pada Rabu (9/12) lusa akan memilih pemimpin kota mereka untuk periode lima tahun ke depan.

Warga kedua kota ini berharap pemilihan kepala daerah menghasilkan pemimpin yang bebas korupsi dan dapat bekerja nyata.

Tangsel adalah kota baru yang dalam perkembangannya akan menuju kota metropolitan. Letaknya yang strategis, bertetangga dengan Jakarta, Kota dan Kabupaten Tangerang, serta Bogor, membuat kota yang berumur 7 tahun ini bertumbuh pesat.

Namun, itu tak lepas dari peran swasta yang dominan, bukan sepenuhnya pemerintah kota.

Kondisi ini membuat tokoh masyarakat dan generasi muda yang peduli pilkada berharap wali kota dan wakilnya ke depan harus memiliki sikap tegas, egaliter, populis, visioner, berwawasan teknologi, serta bersih dan bebas korupsi.

Harapan itu dikemukakan Daniel Panda (48), warga Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang; Ketua Jaringan Pemilih Tangerang Selatan (JPTS) Ali Irfan; dan tokoh masyarakat Tangsel Ace Hasan Syadzily secara terpisah, Sabtu dan Minggu (6/12).

Daniel mengatakan, Tangsel adalah kota baru yang menuju kota metropolitan, membutuhkan pemimpin yang bekerja nyata melayani warganya.

"Pemimpin yang tegas, egaliter, humanis, dan populis seperti kota metropolitan lainnya, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung," kata Daniel.

Selain cerdas, kata Daniel, pemimpin Tangsel juga harus melayani warganya.

Adapun Ketua Jaringan Pemilih Tangerang Selatan (JPTS) Ali Irfan (36) mengatakan, warga Tangsel membutuhkan pemimpin yang visioner dalam membangun dan menata kota.

Tokoh masyarakat Tangsel, Ace Hasan Syadzily, mengatakan, sebagai mitra dari DKI Jakarta, pemimpin Tangsel harus memiliki wawasan dan kemampuan berkoordinasi yang baik dalam menciptakan integrasi tata ruang dan transportasi publik.

"Jakarta dan Tangsel macet. Jadi pemimpin Tangsel harus mampu membangun transportasi massal dan tata ruang yang terintegrasi," kata Ace.

Selain itu, kata Ace, Tangsel adalah tempat tinggal warga yang sebagian bekerja di Jakarta. Oleh karena itu, pemimpinnya harus mampu menjadikan Tangsel sebagai tempat hunian yang aman dan nyaman. Sebagian penghuni kota ini bekerja di Jakarta sehingga mobilitas warga lebih dinamis.

Dalam kaitan itu, juga dibutuhkan pemimpin yang berwawasan teknologi, memiliki inovasi, serta bersih dan bebas dari korupsi.

Ali yang merupakan warga Kompleks Cendana Residence, Ciputat Timur, ini, mengatakan, sebagai kota baru dengan pertumbuhan luar biasa tinggi (karena sektor swasta yang dominan), pemimpin Tangsel ke depan harus mampu memenuhi kebutuhan publik yang nyaman dan cepat.

Menurut Ali, infrastruktur jalan, kemacetan, pendidikan, kesehatan, dan penyerapan tenaga kerja adalah isu yang paling sering dikeluhkan warga Tangsel hingga saat ini.

Selain itu, pelayanan administrasi publik yang cepat dan ramah juga masih jauh dari harapan.

"Jadi, warga Tangsel membutuhkan pemimpin yang mampu menjawab hal itu," kata Ali.

Bebas korupsi

Baik Daniel, Ali, maupun Ace mengatakan, pemimpin Tangsel ke depan harus bersih dan punya komitmen yang tinggi untuk bebas korupsi.

Sikap bersih dan tidak korupsi akan menyejahterakan warga karena anggaran pembangunan dimaksudkan sepenuhnya untuk melayani kebutuhan.

"Jika pemimpinnya bersih dan bebas korupsi, pendapatan daerah akan meningkat. Ekonomi masyarakat akan maju dan sejahtera," kata Ace.

Menjelang hari pencoblosan, Ali berharap warga Tangsel bisa menilai dan melihat sosok calon pimpinannya secara lebih kritis dan rasional.

Pemilih Tangsel harus menjadikan visi, misi, dan program calon sebagai pertimbangan dalam memilih. Jejak rekam kandidat juga harus menjadi pertimbangan pemilih untuk melihat apakah calon punya komitmen.

"Kami berharap pemilih tidak terjebak dalam politik uang atau pemberian hadiah yang sifatnya sesaat," tambah Ali.

Depok

Muhammad Bachrun, Ketua DPC Generasi Muda Pejuang Siliwangi Indonesia (Gemapsi) Kota Depok, mengatakan, masalah di Kota Depok itu tetap klasik dan umum, yaitu macet, sampah, TPA penuh, sungai tidak terurus, dan kurang ruang publik atau taman publik.

"Di Bandung ada 600 taman, kan? Di Depok hanya ada satu. Orang Depok juga tidak punya tempat untuk berkesenian. Tidak ada tempat untuk para seniman berkumpul dan tampil, padahal di sini banyak seniman. Gelanggang olahraga untuk remaja dan pemuda juga tidak ada," katanya.

Adapun Reni Suwarso, dosen FISIP UI, berharap Wali Kota Depok bisa kerja nyata, bukan cuma sekadar larut dalam pidato seperti saat kampanye. Menurut Reni, pembangunan dan pembenahan Jalan Margonda Raya itu bagus.

Namun, harus diimbangi dengan pembangunan dan perbaikan jalan alternatif sehingga kendaraan tidak tumpah semua di Margonda. Juga dibutuhkan transportasi publik yang terintegrasi

Oki (24), warga Depok Timur, karyawan bagian pemasaran produk material bangunan, berharap wali kota yang baru kelak membenahi infrastruktur.

Jalan di Kota Depok masih banyak yang rusak dan sempit. Kabel-kabel juga semrawut. Spanduk-spanduk iklan atau billboard semrawut. Lokasi kemacetan di jalan makin banyak dan panjang.

Harapan yang sama dikemukakan Rudi (55), warga Kampung Sawah, Cilodong, pedagang kelapa muda. (PIN/RTS)

----------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 7 Desember 2015, dengan judul "Pilih yang Bebas Korupsi dan Bekerja Nyata".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Lurah: Separuh Penduduk Kali Anyar Buruh Konfeksi dari Perantauan

Megapolitan
Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com