Kedua peristiwa itu melibatkan angkutan umum (bus) yang diduga berpangkal dari perilaku ugal-ugalan sopir di jalan raya.
Kini saatnya membenahi manajemen perusahaan bus sembari memperketat perekrutan pengemudi.
"Sudah menjadi pemandangan sehari-hari sopir bus ugal-ugalan. Demi setoran, mereka lupa akan keselamatan penumpang," ujar pengamat transportasi Darmaningtyas, Minggu, di Jakarta.
Kecelakaan pertama terjadi di pintu pelintasan kereta api Angke, Jakarta Barat. Bus metromini bernomor polisi B 7760 FD menabrak kereta rel listrik (KRL) 1528 jurusan Jatinegara-Bogor.
Hingga Minggu sore, 18 jiwa melayang akibat kejadian ini, termasuk awak bus. Enam penumpang lainnya harus dirawat di rumah sakit.
Keterangan dari Polda Metro Jaya menyebutkan, saat itu KRL bergerak di pelintasan Tubagus Angke menuju Stasiun Angke.
Saat kereta melintas, palang pintu dalam kondisi tertutup dan sirene pelintasan kereta berbunyi.
Namun, tak semua bagian jalan tertutup. Palang pintu hanya menutupi tiga perempat bagian jalan.
Saksi mata yang memberikan keterangan kepada polisi, M Said (54), mengatakan, saat kereta melintas, metromini bergerak menerobos pelintasan.
Metromini itu menyeberangi pelintasan dengan mengambil lajur kendaraan sebelah kanan.
Kecelakaan lain terjadi di Jalan MH Thamrin, Jakarta. Bus Kopaja berpelat B 7120 DG terbalik dan menabrak Kornen (18), seseorang yang tengah berdiri di trotoar.
Selain korban meninggal, tiga orang dibawa ke rumah sakit karena cedera.
Revitalisasi
Sekretaris Dewan Transportasi Kota Jakarta David Tjahjana mengatakan, revitalisasi angkutan umum di Jakarta menjadi sangat penting dan mendesak.