Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Durian Bogor Terancam Punah

Kompas.com - 01/02/2016, 16:05 WIB
BOGOR, KOMPAS — Pembangunan pesat di bidang permukiman, perkantoran, dan jaringan jalan seiring pertumbuhan penduduk saat ini mengancam kelestarian durian sebagai tanaman hortikultura unggul khas Bogor.

Untuk mengampanyekan pelestarian durian lokal itu, kalangan pencinta buah itu menggelar Festival Durian Rancamaya di Botani Square, Minggu (31/1/2016).

Acara ini merupakan puncak kegiatan lomba mencari durian Bogor terunggul yang akan dikembangkan dengan tujuan kedaulatan pangan dan kesejahteraan rakyat pembudidaya.

Ada 34 peserta lomba durian yang buahnya diambil dari kebun di Bogor Selatan (Kota Bogor), Caringin, Ciawi, Cijeruk, dan Cigombong (Kabupaten Bogor).

Lima durian terunggul berdasarkan penilaian tim juri independen ialah durian Si Kempis asal Rancamaya, Bogor Selatan; durian Lengkeng asal Caringin; durian Si Pandan asal Rancamaya; durian Si Pelit asal Ciawi; dan durian Jamain asal Cimande Hilir, Caringin.

Pohon durian Jamain bahkan sudah berusia 100 tahun dan terancam ditebang karena lahan kebunnya akan terkena proyek Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi. Pohon durian lainnya berusia di atas 50 tahun.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dan Bupati Bogor Nurhayanti memahami, durian bisa menjadi salah satu buah ikonik daerah.

Tetapi, di Kota Bogor saat ini kebun durian yang tersisa mungkin tak sampai 100 hektar. Itu pun tersebar di pekarangan rumah warga atau di antara tanaman kebun warga Rancamaya (durian Mas) dan di Cimahpar, Bogor Utara (durian Matahari).

Kondisi serupa dialami Kabupaten Bogor meski kawasan tanaman durian saat ini masih mencapai 600 hektar.

Bogor sejak 1960 dikenal sebagai sentra durian unggul, khususnya di Rancamaya. Durian Mas bahkan ditetapkan sebagai produk unggulan oleh Kementerian Pertanian pada 1984.

Itu jauh sebelum pasar durian babak belur oleh serbuan durian dari Thailand, Malaysia, dan Filipina. "Sangat disayangkan jika durian lokal tidak bisa merajai rumah sendiri," kata Mohamad Reza Tirtawinata dari Yayasan Durian Nusantara.

Keterbatasan lahan

Keterbatasan lahan budidaya durian di Bogor apalagi pembangunan fisik yang pesat, kata Reza, mempercepat kepunahan durian.

Padahal, buah ini sering dianggap raja di antara seluruh jenis buah dan dikenal lebih dari 1.200 tahun lalu oleh peradaban masyarakat Nusantara.

Buktinya, ujar Reza, salah satu relief di kaki Candi Borobudur memuat relief pohon durian di antara relief putri.

Itu mengindikasikan durian buah penting bagi kalangan bangsawan Mataram Buddha abad ke-8.

Hamparan tanaman durian paling luas di Indonesia saat ini, ujar Reza, cuma 20 hektar berisi 2.000 pohon.

Jika satu pohon menghasilkan 200 buah, sekali panen 400.000 buah. "Jumlah segitu cuma habis di pohon dan jalan, enggak ada di supermarket. Yang di supermarket impor semua dan kemahalan," katanya.

Jika Bogor ingin mempertahankan status sentra durian, kata Reza, perlu ada banyak hamparan kebun yang masing-masing seluas 200 hektar atau 20.000 pohon.

Durian yang dikembangkan harus lokal tetapi unggul, yakni punya daging buah manis-gurih-pahit, tebal, tekstur lembut, kadar air amat rendah, biji kecil atau kempis atau bahkan tanpa biji, kulit tipis dan juring banyak, warna daging cerah dan unik, bentuk buah bagus, dan daya simpan lama. (BRO)


--------------------


Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Senin, 1 Februari 2016, dengan judul "Durian Bogor Terancam Punah"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com