Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Ceritakan Rekayasa yang Dibuat Penculik dan Pembunuh Bocah J

Kompas.com - 09/02/2016, 17:49 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — JA (35) sempat tak mengakui bahwa dia menculik dan membunuh bocah J. Bahkan, ia merekayasa cerita bahwa ada dua orang yang sebenarnya pelaku penculikan dan pembunuhan bocah J.

Rekayasa tersebut diungkapkan sebagai alibi bahwa dia bukan pelakunya.

Saat ditangkap pada Minggu (7/2/2016) lalu, JA mengatakan bahwa dirinya dititipi dua orang yang tidak dikenal. Bahkan, ia bercerita sebelumnya diancam dibunuh jika tak mau dititipkan.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan bahwa apa yang diceritakan JA merupakan rekayasa. JA memang sudah niat menculik dan membangun alibi.

"Dia panik. Dia tahu kalau anak itu diculik dan dicari-cari," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (9/2/2016).

Bermodal dua ponsel, JA kemudian menyusun rencana. Satu ponsel digunakan untuk menginformasikan lewat pesan singkat ke temannya seolah-olah J diculik oleh orang lain.

Satu ponsel lagi digunakan dirinya seolah-olah merupakan "pelaku" penculikan dan pembunuhan bocah J.

"Satu HP seolah-olah adalah pelaku yang dua orang itu, yang menyuruh dia menculik. Nanti satu HP lagi dia yang mengatakan seolah-olah dia mengamankan. Jadi, dua HP milik dia," kata Krishna.

Setelah diperiksa intensif, akhirnya JA (35) mengaku menculik dan membunuh bocah asal Depok, J (7), di rumahnya, Lubang Buaya, Jakarta Timur. (Baca: Pelaku Membunuh Bocah yang Diculik karena Panik Saat Digerebek)

Dia membunuh J lantaran panik saat rumahnya digerebek polisi. Sementara itu, motif dari penculikan dan pembunuhan tersebut masih belum diketahui.

J ditemukan tewas di rumah orang yang menculiknya, JA, di Jalan Albaido, Kelurahan Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Minggu (7/2/2016). J ditemukan di kamar mandi dalam keadaan meninggal dunia.

Seusai diotopsi di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, jenazah J langsung dibawa pulang oleh keluarganya untuk dikebumikan di Garut, Jawa Barat. (Baca: Polisi Telusuri Kemungkinan Pelaku Lain Penculikan dan Pembunuhan Bocah J)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com