Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/02/2016, 19:27 WIB
KOMPAS.com - Tjong Wie Pien atau Tjong Wie. Pada era 1955, ia paling dikenal sebagai pemilik rumah bordil paling kaya di kawasan Kalijodo, sisi Jakarta Barat.

"Kalau ada orang bilang, 'Yuk ke rumah Tjong Wie', atau 'Yuk ke atas', artinya orang tersebut mengajak orang lain ke suhian (dari bahasa Hokkian, artinya rumah bersenang senang atau rumah bordil) milik Tjong Wie," jelas Reginal alias Ceceng (67) saat ditemui di rumahnya di dekat Kalijodo, Rabu (17/2) sore.

Tentang istilah "ke atas", Ceceng menjelaskan, dulu pangkalan pekerja seks komersial (PSK) ada di sekitar Jembatan Dua, di Jalan Tubagus Angke, yang sekarang jadi pasar.

"Kala itu, permukaan tanah di Jembatan Dua lebih rendah daripada permukaan tanah di Kalijodo. Kalijodo masih berupa bukit kecil," ujarnya.

Hidung belang memilih para PSK di Jembatan Dua, lalu membawa PSK pilihannya "ke atas", menyewa kamar di rumah bordil. PSK-nya kio seng (peranakan Tionghoa-ayah Tionghoa, ibu pribumi) semua.

Sebagian mereka berasal dari Tangerang dan sebagian lain di sekitar kawasan Tubagus Angke. Mereka biasanya duduk di empat bangku panjang mengelilingi meja kayu di tepi jalan.

Di atas meja disajikan botol-botol minuman keras seperti bir cap Nori dan Ciu (arak) Wi Seng, kacang goreng, emping, dan kuaci.

"Kalo dah cocok dibawa dah tu cabo ( perempuan) ke atas, ke rumah Tjong Wie," jelas Ceceng.

Petromaks

Di antara beberapa rumah bordil di Kalijodo, rumah Tjong Wie dianggap paling mentereng. "Cuma dia yang penerangan rumahnya sudah memakai diesel.

Suhian suhian lain masih memakai lampu petromaks (lampu pompa berbahan bakar minyak tanah). Sebagian kecil suhian pakai lampu tempel," tutur Ceceng.

Semua rumah bordil kala itu terdiri atas tembok di bagian bawah dan papan di bagian atas. Letak suhian Tjong Wie di tepi Kalijodo.

Rumahnya terdiri atas tiga lantai. Bagian paling bawah untuk duduk-duduk bercengkerama. Bagian ini berada di bibir Kalijodo.

Di keremangan tempat itu, pasangan-pasangan yang dibuai asmara bisa menikmati hilir mudik biduk (perahu).

Di atas biduk-biduk itu para kio seng yang kebanyakan sudah berusia rata-rata 40 tahun menyanyi lagu mandarin, mencari jodoh.

Lantai dua digunakan sebagai rumah makan, sedangkan lantai tiga yang tingginya sama dengan badan jalan terdiri atas kamar-kamar.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com