Namun, apa yang dicapainya kini harus berakhir. Pemilik 11 kamar kos di kolong tol Pluit itu bakal kehilangan tempat usaha sekaligus tempat tinggalnya. Pemerintah bakal menggusur ratusan gubuk liar yang ada di kolong tol tersebut.
Sri merasa bagaikan sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sebab, dia juga kehilangan enam kamar kos yang baru dia renovasi di Kalijodo.
"Makanya ini saya sekarang pusing. Tangan ini sampai gemetaran, takutnya stroke saya," kata Sri, di kolong tol tersebut, Selasa (1/3/2016).
Kamar kos itu, lanjutnya, dia bangun selama masih menjadi pedagang warung kaki lima di Kalijodo. Ia memperkirakan dua rumah kos miliknya di Kalijodo dan kolong tol itu bernilai Rp 100 juta.
"Yang di Kalijodo itu baru saya renovasi. Minjem duit di bank Rp 50 juta," ujar Sri.
Di kolong tol, Sri membuka rumah kos dengan luas kamar lebih kurang berukuran 2 meter x 2 meter persegi dengan harga Rp 250.000 per bulan.
Sri mengaku tak tahu mengenai pekerjaan para penyewa kamar kosnya. Sekalipun itu perempuan pekerja kafe di Kalijodo, Sri mengaku tak ambil pusing.
"Yang penting uang sewa lancar," ujar dia.
Sri mengaku nyaman tinggal di kolong tol karena kondisinya aman. "Aman, enggak ada preman di sini. Saya di sini enggak pernah ada apa-apa," kata Sri.
Oleh karenanya, ia merasa berat hati untuk meninggalkan tempat itu. Meskipun demikian, ia pasrah karena sadar telah menduduki lahan secara ilegal.
"Kita tahu sih kita salah. Tapi gimana sih, kasih kita pengertian," ujar Sri.
Ia juga berharap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dapat memberikan kompensasi bagi warga.
"Mau dikemanain orang kecil ini. Enggak kasihan apa. Yang penting kan kita enggak ngerugiin negara. Kalijodo digusur, di sini digusur, kita mau ke mana. Kita orang kecil gini. Kalau ada ganti rugi, kita mau," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.