Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Kehidupan Kolong Tol Pluit...

Kompas.com - 02/03/2016, 06:35 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

"Kita di sini listrik nyambung ke orang yang punya listrik. Saya enggak tahu bagaimana caranya pokoknya setiap bulan saya bayar Rp 25.000 ke orang yang namanya Rudi," kata seorang perempuan di kolong tol tersebut, Selasa (1/3/2016).

Beberapa warga lain enggan berbicara detail bagaimana listrik bisa masuk ke kawasan abu-abu itu.

"Adalah Mas, itu urusan suami saya. Saya enggak tahu," ujar warga lainnya kemudian memalingkan muka.

Meskipun tinggal di gubuk-gubuk semipermanen, rata-rata warga memiliki televisi, kulkas, kipas angin, dan lampu rumah.

Namun, instalasi seperti meteran listrik, sama sekali tidak terlihat di antara ratusan gubuk di sana.

Beberapa kali ditertibkan

Menurut warga, kolong tol ini sudah beberapa kali ditertibkan. Seorang warga menyebutkan, kolong tol ini dua sampai tiga kali ditertibkan dalam enam tahun terakhir.

Namun, warga kembali mendirikan lagi bangunan semipermanen di sana.

"Dari tahun 2010, saya tinggal di sini, sudah tiga kali (penertiban). Waktu (pemukiman) terakhir dibongkar, saya pulang kampung, tetapi balik lagi ke sini dan bangun lagi rumah," ujar seorang warga kolong tol itu, Jumat (26/2/2016).

Lahan kolong tol itu jelas diduduki secara ilegal. Wilayah sepanjang lebih kurang satu kilometer itu tak punya RT/RW.

Namun, asal ada uang, warga mengaku bisa membuat "KTP tembak" di wilayah lain. Ada warga yang mengatakan bahwa pengelola tol berbaik hati dengan membiarkan adanya hunian di kolong tol itu.

Asalkan, warga dapat menjaga dan tidak merusak lahan. "Asal jangan sampai ada kebakaran. Bisa bahaya mobil di atasnya. Kalau ada kebakaran digusur," ujar warga.

Padahal, aturannya jelas. Ada papan larangan untuk mendirikan bangunan tanpa izin dan tempat usaha lainnya di area kolong tol itu.

Kemudian, yang menjadi pertanyaan, bagaimana pemukiman liar ini tetap eksis bertahun-tahun?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Percaya Bus Laik Jalan, Yayasan SMK Lingga Kencana: Kalau Tak Yakin, Enggak Diberangkatkan

Megapolitan
Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Ketika Janji Heru Budi Beri Pekerjaan ke Jukir Minimarket Dianggap Mimpi di Siang Bolong...

Megapolitan
Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Suprayogi, Guru SMK Lingga Kencana yang Tewas dalam Kecelakaan Bus, Dikenal Perhatian dan Profesional

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Pihak Yayasan Merasa Kondisi Bus Layak

Megapolitan
Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Megapolitan
Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Kampung Bahari yang Bikin Jari Pelaku Nyaris Putus

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Yayasan SMK Lingga Kencana: Perpisahan di Luar Kota Disepakati Guru dan Siswa

Megapolitan
Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Tawuran Pecah di Gang Bahari Jakut, 1 Korban Jarinya Nyaris Putus

Megapolitan
Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Dharma Pongrekun Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen ke KPU Jakarta

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 13 Mei 2024

Megapolitan
Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com