Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambisi Lulung Jadi Gubernur, Konspirasi Besar, dan Lambang Perlawanan

Kompas.com - 10/03/2016, 06:49 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dengan tenang, Abraham Lunggana alias Lulung menjelaskan kepada Kompas.com perihal persiapan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk ikut dalam Pilkada DKI 2017. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP DKI Jakarta itu merasa khawatir partainya tak bisa ikut.

"Partai saya dizalimi," kata Lulung di ruangannya di Jakarta, Selasa (8/3/2016).

Dugaan Lulung bukan tanpa alasan. Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly telah menghidupkan kembali kepengurusan DPP PPP hasil Muktamar Bandung. Bagi Lulung, upaya pemerintah lewat Yasonna itu sangat kejam.

Lulung yang merupakan bagian dari kubu Djan Faridz, pengurus DPP hasil Muktamar Jakarta, mengungkapkan, penerbitan surat keputusan (SK) Menkumham untuk PPP merupakan konspirasi besar untuk mengebiri partainya. Dampaknya, lanjut Lulung, pada proses pencalonan dirinya dalam Pilkada DKI.

"Konspirasi besarnya berdampak pada Haji Lulung. Jujur saja, kalau Haji Lulung jadi calon kan perlu diperhitungkan juga. Siapa yang enggak memperhitungkan Haji Lulung saat ini?"

Bentuk relawan

Lulung menyampaikan niatnya untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta secara independen jika PPP kubu Djan Faridz tak bisa ikut Pilkada DKI 2017. Seperti Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yang memiliki relawan Teman Ahok, Lulung juga membentuk Jaringan Suka Haji Lulung (JSHL).

Relawan Lulung bertugas untuk mengumpulkan salinan kartu tanda penduduk (KTP) warga DKI Jakarta sebagai syarat maju dalam pilkada. Ia juga menenggatkan waktu, hingga bulan Juni, minimal 600.000 KTP sudah terkumpul sehingga ia bisa melenggang menuju DKI 1 lewat jalur independen.

Saat ini, lanjut Lulung, dia bersama JSHL sudah bergerak. Salah satunya adalah mengadakan pertemuan dengan tokoh ulama, PPP, masyarakat Betawi, dan organisasi masyarakat lainnya untuk mendukung dirinya maju dalam jalur independen.

"Saya akan maju di jalur independen kalau PPP tak bisa ikut pilkada," kata Lulung.

Lambang perlawanan

Lulung mengklaim dirinya sebagai lambang perlawanan dalam dinamika penyelenggaraan pemerintahan di DKI Jakarta. Klaim itu, menurut dia, menjadi modalnya untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Saya adalah lambang perlawanan," kata Lulung.

Menurut dia, hingga saat ini, dirinya konsisten mengkritik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, termasuk Gubernur Ahok. Kritik tersebut, lanjutnya, dilakukannya untuk pembangunan Jakarta.

Konsistensinya itu, menurut Lulung, membuat dirinya bakal dilirik oleh partai politik. Jika tidak ada partai yang melirik, Lulung menyiapkan jalur independen.

"Kalau hari ini pilkada, belum lagi ada calon. Calonnya cuma dua, Haji Lulung dan Ahok. Yang tidak memilih Ahok pasti memilih Haji Lulung, yang tidak memilih Haji Lulung pasti memilih Ahok. Itu pasti dimenangkan oleh Haji Lulung," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com