Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warna-warni Taksi Resmi dan "Gelap" di Ibu Kota Jakarta

Kompas.com - 24/03/2016, 08:34 WIB

Tulisan berseri itu menyambut peresmian pengoperasian 125 taksi baru dengan sistem meteran (argo) oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada Senin, 21 Februari 1972. Ketika itu, Jakarta juga menargetkan kehadiran 2.000 taksi baru pada 1973.

Kali pertama, Azkarmin Zaini memesan taksi Ratax melalui telepon. Namun ternyata, sebuah mobil Opel Kapitan tahun 1961, yang tiba setelah 14 menit kemudian di kediamannya. Taksi itu adalah taksi gelap yang dikirim dari Hotel Indonesia untuk menjemputnya. Azkarmin Zaini sempat ingin marah dan menolaknya, tetapi sopir taksi gelap itu memandangnya dengan tatapan mata penuh harap.

Suatu hari, Azkarmin Zaini berhasil mendapatkan taksi Ratax. Namun, dia tidak menjumpai perangkat radio taksi di mobil itu. "Radio taksinya baru diresmikan oleh Gubernur, Pak. Tapi, alatnya belum sampai di Jakarta. Jadi, kami belum 'hallo-hallo' dengan kantor," ujar Rudy, sang pengemudi taksi.

Lain waktu, dari Hotel Indonesia sama sekali tidak tersedia taksi. Tamu-tamu asing terlihat kesal. Ketika Azkarmin Zaini mengonfirmasi hal ini ke salah satu petugas taksi di Hotel Indonesia dijawab, "Soalnya ada bola, Pak. Anak-anak semua nonton bola."

Malam hari itu, ternyata tim PSSI "A" sedang menjamu kesebelasan tamu Cruzeiro dari Brasil di Stadion Utama Senayan. Entah bagaimana manajemen taksi ketika itu sehingga sebagian besar pengemudi taksi di Jakarta memilih untuk menonton bola pada malam hari ini.

Bila menanti taksi di hotel-hotel mewah di Jakarta, petugas taksi juga kerap menomorsekiankan Azkarmin Zaini. Turis atau tamu asing yang lebih dahulu diprioritaskan untuk naik taksi. "Kantongmu mungkin 'tipis'," ujar seorang temannya.

April 1977, wartawan Kompas, Moch Hendrowijono, bahkan selama tiga hari mencoba menjadi sopir taksi PT President Taxi. Ada sejumlah pengalaman mengesankan yang ditulisnya di Kompas, di antaranya soal harus menombok sebesar Rp 700 di hari pertama kerja karena hanya mengantongi uang bersih Rp 9.800.

Berebut penumpang

Hari pertama, Hendro mengemudi dengan sopan dan taat aturan. Akibatnya, dia selalu disalip taksi lain bahkan calon penumpang di depan mata "direbut" oleh taksi lain yang tiba-tiba menyalip dan memotong jalurnya. Hendro membalas dengan ngebut, tetapi justru karena matanya belum terlatih, laju taksinya terlalu cepat sehingga calon penumpang justru kerap direbut oleh taksi yang melaju di belakangnya.

Dengan menjadi "sopir" taksi, Hendro lebih memahami karakter orang Indonesia. Disapa dengan panggilan "tuan" daripada "bapak" membuat Hendro mendapat "tip" lebih besar.

Suatu malam, Hendro juga mendapat "tip" lumayan dari dua perempuan yang habis menang di kasino Copa. Dan ternyata, penumpang yang perlente juga belum tentu mempunyai uang. Terbukti, dia pernah tertipu penumpang yang mengaku mau turun dulu untuk mengambil uang.

Namun, lain waktu, Hendro mengantar seorang nona yang menurut dia cantik sekali dari Jalan Proklamasi ke kasino Jakarta Theater. Nona itu memberinya uang Rp 650 untuk tarif perjalanan seharga Rp 500.

Seusai menjadi sopir taksi, di tengah malam istri Hendro pun selalu membukakan pintu rumah dengan mata sembab bekas menangis. Menurut Hendro, istrinya sempat memohon-mohon supaya dia membatalkan liputan mendalam sebagai sopir taksi. Ketika itu, sopir taksi memang kerap menjadi target kejahatan dan sering kali dijerat tali oleh penumpang dari kursi belakang.

Warna-warni taksi

Perjalanan taksi di Jakarta memang penuh dengan warna-warni. Tidak mudah pula untuk merangkum keseluruhan perjalanan taksi di Ibu Kota ini. Dari 1965 hingga 2016 ini bahkan ada 9.718 berita soal taksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Gelar Jakarta Water Hero 2024, PAM Jaya Beri Apresiasi untuk Pahlawan Pelestari Air di Jakarta

Megapolitan
Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Pegang Identitas Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Polisi Terbitkan DPO Pelaku Penggelapan Mobil Bos Rental Korban Penganiayaan di Pati

Megapolitan
Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Polisi Rekayasa Arus Lalu Lintas saat Acara HUT Bhayangkara di Monas

Megapolitan
Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi 'Online'

Pemkot Bogor Bakal Sanksi Tegas ASN yang Terlibat Judi "Online"

Megapolitan
182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

182.000 Peserta Bakal Hadir pada HUT Bhayangkara di Monas, Masyarakat Diminta Hindari Kepadatan Lalu Lintas

Megapolitan
Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Bocah yang Diduga Diculik Ternyata Dibawa Ibu Kandung, Kasus Berakhir Damai

Megapolitan
Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Bocah 4 Tahun Diduga Diculik di Jakpus, Ternyata Dibawa Ibu Kandungnya

Megapolitan
Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan 'Online'

Pemkot Bogor Keluarkan Larangan Judi Konvensional dan "Online"

Megapolitan
Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Truk Trailer Tabrak Pembatas Jalan di Tol JORR, Sopir Tewas di Tempat

Megapolitan
'Debt Collector' Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan 'Maling'

"Debt Collector" Keroyok Tukang Mi Ayam di Tangerang, Berawal dari Teriakan "Maling"

Megapolitan
Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com