Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat Elektronik Diretas, Kerugian Rp 10 Miliar

Kompas.com - 27/03/2016, 15:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Komplotan peretas yang beroperasi di Indonesia menipu perusahaan perkapalan AI yang beralamat di Yunani dan mengakibatkan kerugian sekitar Rp 10 miliar.

Modusnya adalah meretas surat elektronik perusahaan.

Komplotan peretas beranggotakan seorang wanita warga negara Indonesia berinisial KIA (37) dan dua pria warga negara Nigeria berinisial ODI (32) dan C yang masih buron.

Anggota Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Metro Jaya menangkap tersangka KIA dan ODI pada Selasa (22/3) di Bandara Internasional Soekarno- Hatta.

Modus yang digunakan komplotan ini cukup canggih. Menurut Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mujiyono, Sabtu (26/3), komplotan ini mengawali aksinya dengan meretas surat elektronik dari perusahaan perkapalan AI di Yunani kepada perusahaan jasa perawatan kapal SS di Korea Selatan.

Pada tanggal 12 Februari 2016, perusahaan AI mengirimkan surat elektronik kepada perusahaan SS tentang jumlah biaya perawatan tiga kapal milik perusahaan AI.

Kemudian, pada 16 Februari 2016, tersangka mengirimkan surat elektronik palsu kepada perusahaan AI yang dibuat mirip dengan surat elektronik asli dari SS.

Perusahaan AI tak tahu tersangka telah meretas surat elektroniknya sehingga percaya surat elektronik palsu itu berasal dari SS.

"Dalam surat elektronik palsu itu, tersangka meminta kepada perusahaan AI agar pembayaran kepada perusahaan SS ditransfer ke rekening lain dengan dalih di Korea Selatan sedang berlangsung pemeriksaan pajak," kata Mujiyono.

Menurut dia, tanggal 18 Februari 2016 perusahaan AI mentransfer biaya perawatan tiga kapal sebesar 749.029 dollar AS atau sekitar Rp 10 miliar.

Uang tersebut ditransfer ke sebuah bank swasta yang beralamat di Semarang, Jawa Tengah, padahal seharusnya ke rekening perusahaan SS.

Untuk menampung uang dalam jumlah besar, tersangka telah menyiapkan beberapa KTP palsu untuk membuka rekening bank.

KTP palsu tersebut beralamat di Cirebon, Semarang, dan Yogyakarta.

"Modus seperti ini banyak kami temukan. Kami mengimbau kalau mendapat kiriman surat elektronik agar dicek keasliannya. Komplotan peretas ini berhasil meretas surat elektronik perusahaan AI ataupun SS," kata Mujiyono.

Melalui Facebook

Ditreskrimsus Polda Metro Jaya juga berhasil mengungkap dua kasus penipuan melalui media sosial Facebook.

Modusnya adalah mengaku sebagai tentara AS dan menawarkan kerja sama bisnis dengan para korban yang baru diajak berkenalan.

Korbannya adalah perempuan Indonesia yaitu RDW (42), warga Depok, dengan kerugian Rp 120 juta dan EK (38), warga Jakarta Utara, dengan kerugian Rp 244 juta.

Menurut Mujiyono, dari kasus RDW, polisi menangkap tersangka CE (46), warga negara Gambia; AJ (36), warga Indonesia; dan DCS (25), warga Nigeria. Dari kasus EK, polisi menangkap tersangka AR (32), warga Indonesia, dan NJFO (34), warga Nigeria. (WAD)

 

----

 

Artikel ini sebelumnya dimuat dalam Harian Kompas, edisi Minggu, 27 Maret 2016, di halaman 10 dengan judul "Surat Elektronik Diretas, Kerugian Rp 10 Miliar".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com