Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

33 Bus Kota Ditilang dan 1 Dikandangkan karena Tak Turunkan Tarif

Kompas.com - 12/04/2016, 12:21 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 33 bus kota ukuran sedang (Metro Mini dan Kopaja) ditilang di Terminal Blok M, Selasa (12/3/2016), karena belum menurunkan tarif angkutan. Satu bus besar reguler, yaitu Mayasari Bakti, langsung dikandangkan karena mematok tarif yang terlampau tinggi dan tidak membawa surat-surat kelengkapan kendaraan.

"Kami kasih surat tilang kalau ketahuan belum menurunkan tarif. Kalau ada pasal tambahan yang dilanggar seperti tidak layak jalan atau tidak membawa surat-surat, langsung kami kandangkan," kata Kepala Terminal Blok M, Mulya, saat ditemui di kantornya.

Dinas Perhubungan DKI Jakarta Selasa pagi tadi menggelar razia di Terminal Blok M. Razia itu  digelar menyusul penurunan tarif angkutan umum yang efektif berlaku sejak Jumat lalu pekan lalu.

Bus yang masuk terminal dicegat dan para penumpangnya ditanya berapa tarif yang mereka bayarkan kepada awak bus. Para penumpang yang dirugikan kemudian didata sebagai saksi.

Anggota Unit Pengelola Terminal Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Welly Putranto, menyebut sebagian besar bus yang beroperasi belum menurunkan tarif.

"Kemarin di Senen dan di Kampung Melayu juga kami razia, sebagian besar ternyata belum turun (tarifnya)," kata Welly.

Berdasarkan Pergub Nomor 79 Tahun 2016 yang diteken Gubernur dan Sekertaris Daerah Pemprov DKI Jarkatta, Jumat lalu, tarif angkutan kecil seperti angkot, mikrolet, turun dari Rp 3.500 menjadi Rp 3.000, sedangkan bus sedang dan besar turun dari Rp 4.000 menjadi Rp 3.500.

Kenakalan sopir

Berbagai macam alasan diungkapkan sopir yang kena tilang siang ini. Sebagian sopir menyalahkan kernetnya yang bertugas menarik ongkos.

"Nggak tahu, saya sopir, itu urusan kernet," kata seorang sopir.

Sementara itu, beberapa sopir lain mengatakan belum menurunkan tarif dengan alasan tidak ada uang kembalian.

"Ya kalau harus kembali Rp 500 kan susah cari koinnya, ada banyak penumpang, ya mending Rp 4000 aja," kata Rijal (17), kernet Metro Mini 69.

Uang kembalian juga ditengarai sebagai penyebab tarif angkutan selalu dimainkan. Sebelum adanya penurunan, tarif bus besar dan sedang resmi sebenarnya Rp 3.800.

"Kembali Rp 200 ribet koinnya, penumpang sendiri yang kasih Rp 4.000, jadinya segitu tarifnya selama ini," ujar Rijal.

Dishub juga menemukan pelajar berseragam yang diminta tarif Rp 4.000 kendati tarif untuk pelajar semestinya Rp 1.000.

"Nggak bisa narik tarif kemahalan karena alasan nggak ada kembalian. Mestinya kan sudah harus disiapkan sebelum jalan," kata Welly Putranto.

Beberapa sopir juga mengaku enggan mengikuti penurunan tarif karena setoran dari pihak pengelola sendiri tidak diturunkan.

"Kata bos (pemilik kendaraan), setoran nggak berubah, kan mestinya turun juga," kata seorang sopir Kopaja.

Dinas Perhubungan berencana akan menegur perusahaan atau pengelola bus kota yang kena tilang.

Kompas TV Dishub DKI Jakarta Razia Tarif Angkutan Umum
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com