Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heru Margianto
Managing Editor Kompas.com

Wartawan Kompas.com. Meminati isu-isu politik dan keberagaman. Penikmat bintang-bintang di langit malam. 

Tentang Malaikat Tak Bersayap, Tak Cemerlang, dan Tak Rupawan

Kompas.com - 13/04/2016, 06:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Malaikat. Apa yang Anda bayangkan tentang sosoknya? Mahluk rupawan bersayap dengan aura tubuh cemerlang?

Waktu kecil saya pun membayangkannya begitu. Terlalu absurd membayangkan sosok yang tak pernah kita lihat wujudnya itu.

Belakangan saya bertemu dengannya tidak dalam rupa demikian. Tidak ada sayap di punggungnya. Wajahnya tidak cemerlang, apalagi rupawan. Yang cemerlang dan rupawan adalah hatinya.

Suatu hari, lewat tengah malam, saat melintas di Jalan Prof. Satrio, Jakarta, saya melihat ada banyak orang berkerumun di sekitar mobil berwarna putih yang terperosok di sebuah selokan di jalur hijau, persis di depan ITC Kuningan.

Rupanya, mereka tengah berupaya mengeluarkan si pengemudi dari dalam mobil yang terperosok itu. Seorang lelaki berkebangsaan asing di balik kemudi terduduk lemas. Ia berhasil dikeluarkan dan dibawa ke rumah sakit terdekat dengan taksi.

Bagi pengemudi mobil naas tersebut, orang-orang yang menolongnya keluar dari mobil dan membawanya ke rumah sakit adalah para malaikat penolong.

Wiwin

Cerita lain yang menggetarkan hati adalah tentang Wiwin Harsani, seorang pengemudi Go-jek perempuan. Ia mengalami kecelakaan saat tengah mengantar penumpang di kawasan Blok M, Kebayorang Baru, Jakarta Selatan 28 Maret lalu.

Sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menghantamnya dengan keras. Wiwin tergeletak tak sadarkan diri. Kaki kirinya hancur.

Orang-orang di sana yang tidak mengenalnya mengantarkan Wiwin ke rumah sakit. Kaki Wiwin diamputasi akibat kecelakaan itu. Ia bercerita, sejumlah orang yang tak dikenalnya datang menjenguk.

Cerita tentang Wiwin kemudian menyebar di antara komunitas ojek berbasis aplikasi. Bantuan dana digalang dan mengalir baik dari komunitas Go-jek maupun Grab. Donasi yang dikumpulkan mencapai Rp 21 juta.

Minggu, 4 April, ratusan pengemudi Go-jek berbondong-bondong mengantarkan Wiwin pulang ke rumahnya. Mereka yang membantu Wiwin adalah malaikat-malaikat tak bersayap. Baca: Ketika Ratusan Pengemudi Go-Jek Mengawal Kepulangan Sang "Lady" Go-Jek  

WARTA KOTA / ANGGA BHAGYA NUGRAHA Ratusan pengemudi Go-Jek mengantar Wiwin (di dalam mobil putih) rekan pengemudi yang kakinya diamputasi akibat kecelakaan, saat melintas di kawasan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Minggu (10/4/2016). Wiwin yang juga disebut lady Go-Jek itu mengalami kecelakaan saat tengah mengantar penumpang di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu 28 Maret lalu.

Teman yang sakit

Cerita serupa juga saya alami dalam pekan ini. Seorang teman terkapar tak berdaya di rumahnya. Bola matanya mendelik ke atas tanpa bisa ia kendalikan. Ia tak bisa diajak bicara. Mulutnya mengangga, tak mampu ia mengatupkannya. Seluruh bagian kepalanya kaku.

Keluarga tak punya biaya untuk membawanya ke rumah sakit. Kartu BPJS pun tak dipunya teman itu. Kabar buruk ini kami sampaikan ke teman-teman yang lain.

Tak sampai 24 jam, siang hari, seseorang yang tidak dikenal menghubungi melalui sambungan telepon.

"Bawa teman lo sekarang ke rumah sakit. Gue yang jamin dia bisa masuk sekarang juga," suara di seberang telepon memberi perintah. Lidah saya kelu.

Saat itu juga kami membawanya ke rumah sakit. Orang tak dikenal itu sudah menunggu di sana. Sosoknya tinggi besar. Gendut. Tak rupawan wajahnya, tapi hatinya mulia. Ia pula yang bergegas mencari infus naik ojek saat perawat menyodorkan resep siang itu.

Kondisi teman saya memang sungguh buruk. Ada radang di kepalanya. Malam hari itu juga dokter memutuskan operasi untuk mengeluarkan cairan yang memenuhi kepalanya.

Teman saya kini menjalami masa pemulihan pascaoperasi. Tanpa orang tak dikenal itu, teman saya masih terkapar di rumah.

Motor mati

Cerita lain saya alami sepulang kantor lewat tengah malam. Mendadak, motor saya mati di tengah jalan. Bukan habis bensin. Ada masalah di mesin.

Cilaka betul, jarak rumah saya masih sekitar 20 km. Cilaka yang lain, telepon selular saya mati karena habis baterai. Tak mungkin berkontak untuk mencari bantuan.

Tak punya ide mesti bagaimana, saya pun jalan kaki sambil mendorong motor. Tak sampai lima menit, sebuah sepeda motor berhenti tak jauh di depan saya.

"Saya bantu dorong, Pak, pakai kaki. Siapa tahu ada bengkel di depan," lelaki di atas sepeda motor itu menawarkan bantuan.

Dengan senang hati saya menerima tawarannya. Saya pesimis bakal menemukan bengkel di depan. Jarum jam di pergelangan tangan saya menunjuk angka 02.00.

Sekitar 3 km perjalanan, ada bengkel buka di pinggir jalan. Lelaki penolong saya itu melambaikan tangan untuk pamit begitu saya memarkirkan motor di depan bengkel.

Malam itu saya "selamat" pulang sampai rumah tanpa harus mendorong motor sejauh 20 km. 

THINKSTOCK Ilustrasi.
Di benak saya, malaikat bukan lagi sosok bersayap, cemerlang, dan rupawan. Ia adalah the good samaritan, orang yang hadir bagi sesama. Man for others, kata-kata yang selalu diulang almarhum JIG Maria Drost, mantan kepala sekolah saya dulu.

Jiwa seorang malaikat tak dibatasi oleh kenal atau tidak kenal. Empati tak mengenal batas suku, agama, atau golongan. Empati adalah bahasa universal manusia.

Di belantara Jakarta yang keras, malaikat tanpa sayap itu ada berkeliaran di sekitar kita. Bisa jadi itu Anda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com