JAKARTA, KOMPAS.com - Jauh sebelum ditangkapnya Mohamad Sanusi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Partai Gerindra tampak menjadi partai yang paling semangat mempersiapkan Pilkada DKI 2017.
Proses penjaringan bakal calon gubernur DKI sudah dimulai sejak tahun lalu sebelum partai-partai lain melakukan hal serupa.
Kekuatan Partai Gerindra di Jakarta juga cukup besar karena merupakan partai terkuat kedua setelah PDI Perjuangan dengan perolehan 15 kursi di DPRD.
Hanya butuh sedikit lagi agar bisa mengusung calon dalam Pilkada DKI Jakarta.
Calon-calon yang akan dijaring Gerindra untuk didukung dalam Pilkada DKI di antaranya adalah Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Saefullah, mantan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsuddin, Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani, Wakil Ketua Dewan Pembina Sandiaga Uno, anggota DPR RI Biem Benjamin, dan anggota DPRD DKI Mohamad Taufik.
Mohamad Sanusi yang semula ada dalam daftar itu kini sudah dicoret. Nama Yusril Ihza Mahendra muncul seolah menggantikan Sanusi.
Politisi Gerindra itu dicoret karena diciduk KPK dalam operasi tangkap tangan saat akan menerima suap dari pengembang Agung Podomoro Land.
Setelah kejadian itu, berantakan sudah penjaringan calon gubernur DKI yang dilakukan Partai Gerindra.
Lalu, masihkah ada peluang yang besar bagi partai pimpinan Prabowo Soebianto itu memenangkan Pilkada DKI 2017?
"Itu semua tergantung dari tingkat kewarasan masyarakat Jakarta," ujar pengamat politik dari CSIS, J Kristiadi, di Matraman, Jakarta Timur, Selasa (19/4/2016).
Kristiadi mengatakan jika tingkat kewarasan masyarakat Jakarta masih baik, pasti tidak akan memilih Gerindra.
Apalagi proses hukum yang dijalani Sanusi bukan proses biasa. Melainkan tindak pidana korupsi yang ditangani langsung oleh KPK.
"Orang yang sudah menjalani proses hukum bersama KPK, itu terlalu berat menurut saya untuk dapat dukungan," ujar Kristiadi.
"Tapi ya lagi-lagi ini tergantung tingkat kewarasan kolektif," tambah dia.
Selain itu, Kristiadi mengatakan Partai Gerindra saat ini tidak perlu lagi bersikeras untuk mengusung calon dari kader sendiri. Dengan situasi seperti ini, lebih baik membuka diri untuk berjuang bersama-sama dengan partai lain.
"Gerindra tidak harus terikat dengan kadernya sendiri kok selama masih ada orang baik yang visi misinya sama," ujar Kristiadi.