TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Senin pagi (16/5/2016), ratusan mobil dari arah Serpong mengantre di kilometer 7+600 untuk melalui puing reruntuhan jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terdapat di jalur sebelahnya. Dari dinding tol, puluhan orang juga "menyemut", menyaksikan penanganan jembatan runtuh dan keramaian yang terjadi di jalan.
"Wah kasihan orang-orang kaya pada kemacetan gara-gara jembatan kita amblas," kata Saeful, seorang warga Kampung Serua Poncol, Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan.
Hampir sepuluh tahun, JPO Serua Poncol menghubungkan kampung yang terpisah oleh Tol BSD itu. Setiap dua kali setahun, JPO itu rutin dicek kelayakannya sebanyak dua kali oleh pemiliknya, PT BSD.
Tidak pernah ada masalah dengan jembatan itu, hingga Minggu (15/5/2016) malam, jembatan tersebut ambruk akibat ditabrak sebuah truk trailer pengangkut crane.
Adalah Marsan Simbolon (34), sopir yang mengemudikan truk tersebut. Dari ICE BSD, Marsan yang ditemani seorang kernet, hendak pulang ke gudang mereka di Serang, Banten.
Masuk dari gardu tol Serpong, perjalanan Marsan lancar-lancar saja melewati JPO Rawa Mekar Jaya, JPO Villa Dago, dan JPO Kampung Cilalung. Namun entah bagaimana, saat melintasi JPO Serua Poncol dengan kecepatan normal, tinggi muatan truk melebihi batas JPO setinggi 5 meter itu.
Truk Marsan menghantam jembatan hingga ambruk di kedua sisinya. Beruntung tidak ada korban dari peristiwa itu.
"Ya ada yang mau lewat baru sampai tangga, langsung turun lagi dia gemeteran tiba-tiba jembatan di depannya amblas," kata Saeful.
Pemegang konsesi tol sekaligus jembatan, PT BSD, belum menyebut kerugian yang ditanggung akibat peristiwa ini. Mereka mengatakan, masih berfokus untuk evakuasi jalan dan memulihkan perjalanan.
Proses evakuasi sendiri memakan waktu hampir sehari penuh. Direktur Utama PT BSD Purwoto menyatakan proses evakuasi lebih lama dari waktu yang diperkirakan karena terbentur sejumlah kendala.
"Dua crane sebelumnya yang berkapasitas 45 dan 50 ton memang tidak kuat mengangkat jembatan yang di sebelah timur arah Jakarta, karena bahan dasarnya beton padat, jadi lebih berat dari yang sebelah timur," kata Purwoto.
Berbeda dengan sisi jembatan sebelah barat yang dapat dievakuasi dalam hitungan menit. Evakuasi jembatan sebelah timur baru berhasil dilakukan oleh dua crane yang masing-masing berkapasitas 160 ton, datang sore hari.
Para pekerja sempat frustasi dan memaki satu sama lain. Arus lalu lintas tol terpaksa dibuat contra flow menggunakan satu jalur.
Dampak untuk warga
Bagi warga Kampung Serua Poncol, JPO itu sangat penting. Jembatan yang lebih sering dilintasi pemotor ini, dapat memotong waktu sekitar 15 menit perjalanan.
"Di sini (permukiman sebelah barat pinggir rel), kan banyak yang kerja ke Bintaro, anak saya kalau sekolah juga lewat jembatan tiap hari, kalau ke pasar juga biasanya lewat sini," kata Aam (32), warga Kampung Serua Poncol.
Pasalnya, tanpa adanya jembatan penyeberangan bagi pemotor dan pejalan kaki, warga di sebelah barat terpaksa harus melewati pinggir rel yang sempit dan terjal.
"Kalau lewat perlintasan rel yang ilegal ngeri saya," ujar Aam.
Aam dan warga pun kini hanya berharap jembatan yang ambruk dapat cepat dibangun kembali. Peristiwa tabrakan kemarin, hanya akan mengganggu pengendara mobil di Serpong selama sehari.
Namun warga Kampung Serua Poncol, terpaksa mengubah perjalanan mereka hingga jembatan tersedia lagi.
PT BSD mengungkapkan akan segera membangun jembatan setelah tol kembali normal. Proses desain hingga pengerjaan jembatan itu, disebut Purwoto, agak lama, bisa memakan waktu sampai tiga bulan.
Pihaknya harus memastikan benar-benar apakah jembatan yang akan dibangun nanti layak dilalui dan dipastikan aman untuk dilewati oleh warga sekitar.
"Setelah jalan tol ini normal kembali, jembatan akan kami desain ulang dengan tim konsultan dan teknis, termasuk apakah akan pakai bahan beton atau baja," kata Purwoto.