Menurut Hasby, di pesantrennya para santri dididik untuk mencintai tanah air. Menurut dia, keimanan seseorang juga diuukur dari seberapa besar dia mencintai negerinya. Ia meyakini keragaman adalah karunia indah dari Tuhan.
“Keragaman Indonesia ini harus dijaga. Toleransi perlu dikembangkan. Semua orang adalah saudara dalam kemanusiaan,” kata dia.
Pak Haji sahabat gereja
Cerita tentang gereja kecil dan ibadah di hari Minggu itu belum selesai. Ada cerita berikutnya dalam kesempatan yang sama.
Gereja itu terletak di sebuah gang buntu. Pelatarannya pernah amblas karena tanahnya terkikis aliran air kali Bekasi yang deras.
Pak Haji, tokoh masyarakat setempat, membantu jemaat gereja kecil itu mendirikan tempat ibadah di pinggir kali tersebut.
Sebelumnya, ratusan jemaah gereja ini beribadah di sebuah ruko karena tidak memiliki rumah ibadah. Pada suatu Minggu pagi, sekian tahun lalu, puluhan lelaki membubarkan ibadah mereka. Tak boleh lagi ada acara doa di ruko kecil itu.
Di tengah kebingungan mencari tempat untuk ibadat, datanglah Pak Haji menjadi sahabat para jemaat. Ia menjadi pengayom, mencarikan tempat, dan melindungi jemaat gereja ini beribadah dengan leluasa.
“Tuhan yang saya imani adalah Tuhan yang tidak membeda-bedakan manusia. Tuhan hanya melihat kebaikan kita,” kata dia di suatu siang saat saya datang berbincang di teras rumahnya. Saya ingin mendengar ceritanya tentang gereja di pinggir kali itu.
Siang itu Pak Haji terlihat lemah. Tapi, senyumnya terus mengembang. Meski jalannya dipapah ia tampak ceria. Serangan stroke membuat kakinya tak sekuat dulu menopang badannya.
Sejumlah penyakit lainnya datang menghinggapi. Kulitnya tampak menghitam. Mungkin karena banyaknya obat yang harus dia konsumsi.
“Izinkan saya hidup di tengah umat nasrani dan umat-umat lainnya. Saya hanya ingin hidup berdampingan sebagai sesama saudara se-Indonesia Raya. Tak ada yang lebih indah selain hidup rukun dan sejahtera,” ia bertutur perlahan. Senyumnya terus menghias wajahnya.
Nah, hari Minggu pagi itu, Pak Haji diundang datang dalam ibadah di gereja. Ada kejutan untuknya dari jemaat gereja.
Di ujung ibadah, ia diundang maju ke depan altar. Dipapah isterinya, ia berjalan pelan. Baju batik lengan panjang cokelat yang dikenakannya tampak kebesaran. Tubuhnya menyusut karena sakit yang menderanya.
“Pak Haji,” seorang anggota majelis berucap di sampingnya. “Untuk meringankan biaya pengobatan Pak Haji, gereja akan menanggung biaya BPJS Pak Haji dan seluruh anggota keluarga seumur hidup.”
Untuk kedua kalinya, tepuk tangan bergemuruh di dalam ruang gereja. Kejutan yang indah. Pak Haji tak kuasa membendung air mata. Pundaknya berguncang. Air mata di pelupuk istrinya juga menggenang.
Semesta seperti mengguyur ruangan itu dengan cinta yang memabukkan. Dari pinggir kali Bekasi senandung cinta itu berkumandang memanggil setiap jiwa untuk melebur jadi satu atas nama manusia dan kehidupan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.