Kepala Balai Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Teuku Iskandar mengungkapkan, Kanal Timur adalah upaya teknologi mengatasi banjir, memberikan ruang bagi air di timur dan utara Jakarta. Kanal itu memotong Kali Cakung, Buaran, Jati Kramat, Sunter, dan Cipinang.
Sejak terpotong kanal, aliran air kelima sungai yang datang dari hulu kini bermuara di Kanal Timur. Sementara alur kelima sungai setelah terpotong kanal digunakan sebagai drainase pembuangan dari saluran-saluran permukiman dan industri.
"Sejak ada Kanal Timur, ada banyak permukiman terselamatkan dari banjir. Tak sedikit yang merangkak naik harga tanahnya," kata Iskandar.
Alur terpotong
Kanal Timur juga mengubah bentuk Kali Cakung, Buaran, dan Jati Kramat. Berdasarkan penelusuran Kompas, alur Kali Jati Kramat tidak tampak lagi setelah terpotong Kanal Timur.
Sebagian alur Kali Cakung menghilang setelah terpotong Kanal Timur. Alur sungai kembali terlihat sekitar 300 meter dari Kanal Timur, tepatnya di kawasan Rawa Bebek, Kelurahan Pulogebang. Bentuknya serupa selokan selebar 1 meter.
Alur Kali Cakung kembali melebar di Kelurahan Penggilingan yang berada di sebelah barat Pulogebang. Lebar alur sungai itu mencapai 4 meter-5 meter.
Dikatakan Iskandar, hilangnya alur akibat pembangunan kanal itu tak mengganggu sungai. Namun, untuk selanjutnya, sungai-sungai itu tetap harus ditata agar terjaga dari perubahan fungsi lahan untuk hunian.
Karena fungsinya sebagai drainase, air di Kali Cakung dan Buaran setelah terpotong Kanal Timur pun lebih hitam. Sampah juga semakin banyak karena permukiman kian padat dibandingkan dengan di hulu. Dengan air yang hitam, Kali Cakung masih jadi sumber pengairan hampir 1 hektar sawah di Ujung Menteng.
Tak semua alur ketiga sungai itu kondisinya buruk. Alur Kali Jati Kramat di belakang kompleks Kavling DKI Pondok Kelapa masih terjaga keasriannya. Kanan dan kiri sungai itu masih hijau dan aliran airnya jernih. Tak ditemukan sampah mengambang di atas aliran itu.
Ristomo, ketua RW di kompleks itu, mengungkapkan, Kali Jati Kramat tetap terjaga karena warga kompleks mengelola sampah secara mandiri. "Kami menggunakan tenaga kebersihan untuk mengangkut sampah rumah tangga sehingga tak ada yang buang sampah ke kali," katanya.
Sebaliknya, di hilir tempat bertemunya Kali Buaran dan Kali Cakung, tepatnya di Kelurahan Rawa Terate, Cakung, air kedua sungai bercampur menjadi hitam pekat dan berbau menyengat. Di sekitar kedua sungai itu berdiri industri dan permukiman. Gelontoran limbah industri dan rumah tangga berkontribusi atas kerusakan itu.
"Dulu air masih jernih dan banyak ikan. Sejak banyak pabrik dan rumah, air jadi hitam begini," kata Edi Martadi (57), warga Rawa Terate, yang tinggal di tepi Kali Buaran.
Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana mengakui belum memantau pencemaran di Kali Buaran dan Kali Cakung. "Sementara ini kami konsentrasi pada pengawasan limbah di Pasar Rebo. Nanti akan kami pantau," katanya. (ILO/WAD/IRE/MDN)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 23 Mei 2016, di halaman 25 dengan judul "Tiga Sungai Menghidupkan Timur Jakarta".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.