Bagi Royani, Ciliwung bagaikan sungai purbakala. Sungai itu, kata dia, membentang dari hulu di kawasan Cianjur sampai hilir di kawasan Ancol.
"Mulai dari hulu di belakang rumah makan Rindu Alam, Cianjur, sampai dengan Ancol panjangnya 110 kilometer, kemudian disodet oleh Belanda sampai Angke, jadilah 117 kilometer," ujar dia.
Pria kelahiran 1955 itu ingat betul ketika air Ciliwung belum tercemar pada 1966. Royani kecil saat itu sering menyelam di Ciliwung.
"Waktu saya kecil itu nyelam bisa melek, kita nyari kijing, laya, nangkep ikan. Kijing itu remis (kerang), adanya di dasar campur sama pasir halus," kata Royani.
Tetapi, kata dia, manusia merusak kejernihan air Ciliwung hanya dalam setengah abad. Sekitar 1967, pembangunan di Jakarta mulai menggunakan pasir yang ditambang dari Ciliwung. Kemudian pada 1970, Ciliwung mulai tercemar limbah, termasuk limbah plastik.
"Pencemaran dari limbah rumah tangga karena gotnya banyak mengalir ke Ciliwung, termasuk dari pabrik tahu dan tempe yang berdiri di tepi," ujar Royani.
Simak selengkapnya kisah inspiratif KPC Gema Bersuci memelihara Ciliwung dalam Visual Interaktif Kompas, Jakarta yang Menginspirasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.