"Anda bayangin satu (pengangkut) gerobak (sampah dibayar) Rp 500.000 sebulan. Jadi kalau ada 20 gerobak, dia (dapat) Rp 10 juta. Dia dapat begitu kita stop, marah kan dia," ujar Royani.
Kendati demikian, Royani tak menyerah. Ia pun mencoba menggandeng pihak kelurahan untuk menutup sejumlah TPS ilegal. "Kami hadapi, tapi di belakang kami ada pemerintah," sambung dia.
Bersih Ciliwung
Kegiatan utama komunitas yang didirikan Royani ini adalah membersihkan Ciliwung.
Sepanjang 6,2 kilometer Ciliwung yang membentang dari Pejaten Timur hingga perbatasan Rawajati menjadi tanggung jawab mereka.
Untuk membersihkan Ciliwung, Royani dan kawan-kawan biasanya menggunakan perahu karet.
Mereka menyusuri Ciliwung dengan perahu karet, kemudian memunguti sampah di aliran sungai satu per satu.
Ada enam perahu karet, tiga mesin motor, dan satu perahu barang yang menjadi andalan Royani dan kawan-kawan dalam membersihkan sampah dengan menyusuri Ciliwung.
Perahu-perahu itu mereka peroleh dari kegiatan corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial suatu perusahaan.
"Karena kesulitannya akses untuk menuju ke darat untuk angkut sampah. Sepanjang Ciliwung ini kalau boleh dibilang hanya 5 persen ada akses untuk kendaraan masuk sampai ke kali untuk angkut sampah," ujar Royani.
Hari itu, relawan lainnya, yakni Ismail (36), Ahmad Muhtar (58) atau Bang Amad, dan Wahid (61), menyusuri aliran Sungai Ciliwung dengan perahu karet.
Tak lama kemudian, mereka menepi. Mereka kemudian mulai membersihkan tepi sungai tersebut dari sampah.
Dengan menggunakan garpu sampah, mereka mengumpulkan plastik, botol, dan keset bekas, kemudian dimasukkan ke karung. Selanjutnya, karung-karung berisi sampah itu dibawa ke markas KCP.
"Kalau sudah penuh, perahu barang kami lepas hanyuti saja dari atas, nanti di KPC ada yang nangkepin," ujar Ismail.
Sungai purbakala