BEKASI, KOMPAS.com - Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tetty Manurung mengatakan, pihaknya belum menemukan rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu. Dinkes Kota Bekasi disebutnya rutin melakukan sidak ke RS setelah kasus pembuatan dan peredaran vaksin palsu mencuat beberapa waktu lalu.
"Sejauh ini kita sih belum menemukan di rumah sakit yang di Kota Bekasi. Kemarin itu kan kita sudah beberapa kali sidak sejak kasus ini muncul ke permukaan," ujar Tetty di Kantor Wali Kota Bekasi, Senin (11/7/2016).
Meski begitu, belum ditemukannya RS pengguna vaksin palsu tidak menjadi jaminan RS di Kota Bekasi aman dari peredaran vaksin palsu itu. Sebab, mereka pun punya keterbatasan waktu dan tenaga.
Menurut Tetty, Dinkes Kota Bekasi akan terus mengecek RS untuk memastikan kondisi tersebut. Pihaknya akan melihat RS-RS yang membeli vaksin bukan dari distributor resmi.
"Untuk merunut, sesudah melakukan sidak, kita akan melihat mana-mana rumah sakit yang melakukan pembelian di luar distributor resmi," ucap Tetty.
Pada Juni 2016, kasus pembuatan vaksin palsu mencuat. Upaya pengungkapan kasus vaksin palsu ini berawal dari temuan penyidik Subdirektorat Industri dan Perdagangan Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri di tiga wilayah, yaitu Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta.
Vaksin palsu itu diketahui sudah mulai beredar sejak 2003 silam. Dalam penggeledahan beberapa waktu lalu, penyidik mengamankan barang bukti, yakni 195 saset hepatitis B, 221 botol vaksin polio, 55 vaksin anti-snake, dan sejumlah dokumen penjualan vaksin.
Salah satu pembuat vaksin tersebut merupakan pasangan suami-istri yang tinggal di Kemang Pratama Regency, Kota Bekasi.