Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beban Ibu Kota Kian Berat

Kompas.com - 11/07/2016, 18:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS - Berdasarkan survei potensi pemudik tahun 2016 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Kementerian Perhubungan, potensi migrasi ke Jakarta dan kota-kota sekitarnya, yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, yang datang bersamaan dengan arus balik, sebanyak 181.642 orang.

Jumlah ini 1,38 persen lebih banyak daripada prediksi jumlah pemudik dari Jabodetabek sebanyak 13.162.458 orang.

Khusus DKI Jakarta, Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) DKI Edison Sianturi memprediksi jumlah pendatang tahun ini 68.000-70.000 orang. Banyak di antaranya datang bersamaan dengan arus balik Lebaran. Prediksi jumlah itu meningkat dari rata- rata jumlah pendatang, sebanyak 58.000 orang per tahun dalam lima tahun terakhir.

Pantauan Kompas di Stasiun Pasar Senen dan Terminal Bus Kampung Rambutan, Jakarta, Sabtu-Minggu (9-10/7), laju migrasi ini sudah terlihat. Mereka mengaku memilih melakukan migrasi karena ingin mencari pekerjaan.

Afriadi (38), misalnya. Warga Kediri, Jawa Timur, ini diajak saudaranya bekerja di proyek bangunan perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

"Di Kediri, saya juga kuli bangunan, tetapi penghasilannya kecil. Lagi pula tidak setiap saat ada yang dibangun. Jadi, beda dengan cerita saudara saya yang kerja bangunan di Jakarta," ujar pria yang hanya lulusan sekolah menengah pertama itu.

Sementara Amrul (25), warga Muara Enim, Sumatera Selatan, memilih untuk migrasi ke Jakarta karena sulit mencari pekerjaan di Muara Enim.

"Setelah lulus SMK, orangtua tidak punya biaya untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Di Muara Enim, saya bekerja serabutan, tidak ada pekerjaan tetap. Terakhir saya kerja sebagai satpam sebelum kemudian nganggur karena perusahaannya bangkrut," ujar Amrul.

Dia yakin lapangan pekerjaan di Jakarta lebih banyak sehingga peluang mendapatkan pekerjaan lebih besar. Pandangannya ini setelah melihat banyaknya iklan di media massa, khususnya koran, tentang lowongan pekerjaan di Jakarta.

Pakar Ekonomi Kependudukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Sonny Harry B Harmadi menilai, laju migrasi ke Jabodetabek akan membuat beban Jabodetabek kian berat. Beban itu di antaranya beban untuk menyediakan lapangan pekerjaan, tempat tinggal, dan fasilitas umum.

Akibatnya bisa meningkatkan kriminalitas. Ini karena tidak semua pendatang bakal memperoleh pekerjaan di sektor formal atau informal. Selain itu, berpotensi memperbanyak kawasan permukiman liar karena tak semua warga akan bisa memperoleh tempat tinggal.

Dia menilai, migrasi masih tak terbendung karena Ibu Kota dinilai jauh lebih menarik dibandingkan di perdesaan. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan fasilitas di perkampungan belum selengkap perkotaan.

Selain itu, migrasi adalah naluri alami manusia untuk mencari tempat yang dirasa nyaman guna melanjutkan kehidupan. Masyarakat yang bermigrasi dari desa ke kota merupakan refleksi atas gejala kemandekan denyut ekonomi perdesaan.

"Faktor pendorong migrasi adalah sulitnya mencari lowongan pekerjaan di desa. Sementara faktor penarik migrasi salah satunya adalah kisah kesuksesan para perantau bahwa penghasilan di kota lebih tinggi ketimbang di desa. Padahal, realitasnya untuk mencapai kesuksesan itu tidak mudah, justru banyak yang menemui kegagalan," katanya.

Politik anggaran

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Fahira Idris: Calon Gubernur Jakarta Harus Prioritaskan Solusi Polusi Udara

Megapolitan
Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Pria Paruh Baya Ditemukan Tewas di Aliran Sungai Cidepit Bogor

Megapolitan
Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Hanyut di Selokan Saat Banjir, Jasad Bocah di Bekasi Ditemukan 1,5 Km dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Bocah yang Terseret Arus Selokan di Bekasi Ditemukan Tewas

Megapolitan
Bocah di Bekasi Hanyut Terbawa Arus Selokan Saat Bermain Banjir

Bocah di Bekasi Hanyut Terbawa Arus Selokan Saat Bermain Banjir

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas Saat LPS Monas Half Marathon 2024

Ini Rekayasa Lalu Lintas Saat LPS Monas Half Marathon 2024

Megapolitan
Dua Lansia di Bogor Ditangkap karena Cabuli Tiga Anak, Sempat Diinterogasi Ibu Korban

Dua Lansia di Bogor Ditangkap karena Cabuli Tiga Anak, Sempat Diinterogasi Ibu Korban

Megapolitan
Siasat Kakak Beradik Rekrut Puluhan Selebgram untuk Promosikan Situs Judi Online

Siasat Kakak Beradik Rekrut Puluhan Selebgram untuk Promosikan Situs Judi Online

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan LPSK | Akrabnya Gibran dan Heru Budi Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut

[POPULER JABODETABEK] Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan LPSK | Akrabnya Gibran dan Heru Budi Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 30 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 30 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Megapolitan
Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Megapolitan
Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Megapolitan
Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Megapolitan
Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com