Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/07/2016, 17:07 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah nelayan Muara Angke di Penjaringan, Jakarta Utara, menyebut reklamasi Pulau G lebih berdampak buruk bagi mereka ketimbang reklamasi Pulau F. Hal itu disebabkan letak Pulau G berada di jalur perahu nelayan hingga kapal-kapal besar yang biasa hilir-mudik ke arah pelabuhan.

"Pulau G ini lebih parah, Mas. Perairan jadi dangkal, banyak kapal-kapal jadi enggak bisa lewat ke sini. Banyak lumpur juga sama bikin kotor, bekas pengurukannya pada lari ke sini," kata Pono (45), salah satu nelayan yang ditemui Kompas.com, Rabu (13/7/2016).

Pono menyebutkan, sebelum ada pulau hasil reklamasi, kedalaman air laut di sana bisa mencapai lima meter. Kini, kedalaman dekat pelabuhan hingga Pulau G hanya sekitar satu meter lebih. Hal itu diketahui dari tongkat milik nelayan yang sering dipakai saat melaut.

"Nih, kelihatan kan sudah makin dangkal, ini juga ada lumpurnya," tutur Pono sambil memperlihatkan tongkatnya yang dipendamkan ke laut.

Nelayan lain, Rokili (56), menilai keberadaan Pulau G telah mengganggu ekosistem laut di sana. Sejak pengerukan Pulau G dilakukan, ikan hingga hewan laut lainnya yang menjadi tangkapan nelayan mulai hilang.

"Dulu ada namanya ikan sembilan, hidupnya di dalam terumbu karang. Sekarang semuanya dikeruk, jadi daratan, lumpurnya pada nyebar di dalam. Ikan-ikannya otomatis pada kabur, dong," ujar Rokili.

Pulau F yang letaknya berdekatan dengan Pulau G disebut Rokili berawal dari empang. Lokasi Pulau F pun tidak dilalui oleh nelayan, sehingga dianggap tidak terlalu berdampak dan berpengaruh pada kegiatan mencari ikan.

"Pulau F agak jauh, yang berdampak itu tetap Pulau G ini, makanya kami dengan tegas menolak," ucap dia. (Baca: Penampakan Proyek Reklamasi Pulau G yang Dihentikan Rizal Ramli)

Proyek reklamasi Pulau G yang dikerjakan oleh PT Muara Wisesa Samudra, anak usaha PT Agung Podomoro Land Tbk, telah dihentikan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli. Rizal menghentikan reklamasi Pulau G karena dianggap melanggar beberapa hal, seperti mengganggu lalu lintas kapal dan lokasi pulau yang dibangun di atas kabel milik PLN.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Laporkan Butet soal Pengakuan Diintimidasi, Pelapor: Hal yang Disampaikan Menyesatkan

Laporkan Butet soal Pengakuan Diintimidasi, Pelapor: Hal yang Disampaikan Menyesatkan

Megapolitan
Pimpinan DPRD Sebut Pemkot Depok Bohongi Rakyat: Nyatanya Tidak Bisa Berobat Gratis Pakai KTP

Pimpinan DPRD Sebut Pemkot Depok Bohongi Rakyat: Nyatanya Tidak Bisa Berobat Gratis Pakai KTP

Megapolitan
Bamus Betawi Ternyata Ada 2, Mana yang Usulkan Gubernur Jakarta Dipilih Presiden?

Bamus Betawi Ternyata Ada 2, Mana yang Usulkan Gubernur Jakarta Dipilih Presiden?

Megapolitan
AMW 'Ngaku' ke Tetangga, Wanita yang Ditemukan Tewas Terlakban Sedang Sakit

AMW 'Ngaku' ke Tetangga, Wanita yang Ditemukan Tewas Terlakban Sedang Sakit

Megapolitan
Polisi Tangkap Terduga Pembunuh Wanita Terlakban di Cikarang Timur

Polisi Tangkap Terduga Pembunuh Wanita Terlakban di Cikarang Timur

Megapolitan
Butet Kartaredjasa Dilaporkan ke Polisi Buntut Pengakuan Diintimidasi di Pentas Teater

Butet Kartaredjasa Dilaporkan ke Polisi Buntut Pengakuan Diintimidasi di Pentas Teater

Megapolitan
Soal Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, PDI-P DKI Minta DPR Kedepankan Suara Rakyat

Soal Gubernur Jakarta Ditunjuk Presiden, PDI-P DKI Minta DPR Kedepankan Suara Rakyat

Megapolitan
Jasad Wanita Terlakban di Cikarang Timur Baru 'Ngontrak' Seminggu Bersama Seorang Pria

Jasad Wanita Terlakban di Cikarang Timur Baru 'Ngontrak' Seminggu Bersama Seorang Pria

Megapolitan
Berkaus Merah, Warga Puri Bali Gelar Demo Tuntut Lurah dan Pengembang Atasi Banjir

Berkaus Merah, Warga Puri Bali Gelar Demo Tuntut Lurah dan Pengembang Atasi Banjir

Megapolitan
Pemilik Kontrakan TKP Wanita Terlakban di Cikarang Timur: Mereka 'Ngaku' Suami Istri

Pemilik Kontrakan TKP Wanita Terlakban di Cikarang Timur: Mereka 'Ngaku' Suami Istri

Megapolitan
Gantikan Gembong Warsono, Pantas Nainggolan Ditunjuk Jadi Sekretaris DPD PDI-P DKI Jakarta

Gantikan Gembong Warsono, Pantas Nainggolan Ditunjuk Jadi Sekretaris DPD PDI-P DKI Jakarta

Megapolitan
Pintu Masuk GBK Ditutup karena Ada Perayaan Natal, Polisi Imbau Warga Hindari Kawasan GBK

Pintu Masuk GBK Ditutup karena Ada Perayaan Natal, Polisi Imbau Warga Hindari Kawasan GBK

Megapolitan
LRT Perketat Penjagaan di Dalam Kereta Imbas Aksi Vandalisme

LRT Perketat Penjagaan di Dalam Kereta Imbas Aksi Vandalisme

Megapolitan
Pengakuan Ayah yang Bunuh 4 Anak di Jagakarsa: Membunuh secara Bergilir Sambil Direkam

Pengakuan Ayah yang Bunuh 4 Anak di Jagakarsa: Membunuh secara Bergilir Sambil Direkam

Megapolitan
Jenazah Wanita di Cikarang Timur Diduga Telah Meninggal Dunia 4 Hari

Jenazah Wanita di Cikarang Timur Diduga Telah Meninggal Dunia 4 Hari

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com